Pak Harto, Gajah Mungkur dan Mitos Sisifus

Oleh Mahpudi, MT

Catatan redaksi:

Dalam catatan Incognito Pak Harto seri 23 ini, Redaksi cendananews.com selain menurunkan sejumlah tulisan dan liputan berbagai acara, juga menampilkan berbagai aktivitas. Salah satunya, catatan ekspedisi Incognito Pak Harto tahun 2012. Ekspedisi yang dilakukan oleh sebuah tim dari YHK yang terdiri dari Mahpudi (penulis), Bakarudin (jurnalis), Lutfi (filatelis), Gunawan (kurator museum), serta salah satu saksi sejarah peristiwa itu, yaitu Subianto (teknisi kendaraan pada saat incognito dilaksanakan). Meski sudah cukup lampau ekspedisi itu dilakukan, dan hasilnya pun sudah diterbitkan dalam buku berjudul Incognito Pak Harto –Perjalanan Diam-diam Seorang Presiden Menemui Rakyatnya (2013) dan Incognito – The President Impromptu Visit (2013) serta Ekspedisi Incognito Pak Harto –Napak Tilas Perjalanan DIam-diam Seorang Presiden Menemui Rakyatnya (2013) , namun hemat kami catatan ekspedisi yang ditulis oleh Mahpudi dalam beberapa bagian ini tetap menarik untuk disimak. Sebab, seperti disimpulkan oleh penulisnya, peristiwa blusukan ala Pak Harto yang terjadi pada tahun 1970 ini sangat patut dijadikan salah satu tonggak sejarah nasional Indonesia.

Selamat Membaca.

Hari sudah melewati Maghrib ketika Tim Ekspedisi Inognito Pak Harto memutuskan untuk melanjutkan perjalanan setelah singgah di Wuryantoro. Tak ada pilihan lain, selain karena saat itu sedang mati lampu, tak mudah juga mendapati tempat menginap di kota kecil ini.

Kami bertekad melintasi hutan jati dan perbukitan yang mulai gelap menuju perbatasan Jawa Tengah-Jawa Timur. Beberapa kali, kami harus bertanya kepada penduduk, ke mana arah yang tepat. Rupanya, kota tujuan berikutnya yang paling mungkin dijangkau adalah Pacitan.

Lihat juga...