Mure, Tarian Sakral Masyarakat Adat Nggela

Editor: Mahadeva WS

ENDE – Ada yang menarik pada rangkaian ritual adat Lobo Keda, di Kampung Adat Nggela, Desa Nggela, Kecamatan Wolojita, Kabupaten Ende, Minggu (19/8/2018). Di sela-sela acara, dipentaskan Tari Mure, tarian sakral yang hanya dipentaskan di saat-saat tertentu saja.

Tampilnya tarian tersebut, karena ritual kali ini dalam rangka upacara pembangunan Lobo Keda atau rumah adat. “Dalam ritual Lobo Keda, juga dipentaskan Tari Mure yang dibawakan 17 perempuan remaja berpakaian kain tenun khusus. Sebelum ritual, mereka ditempatkan di Keda yang akan diresmikan, duduk berjejer dan akan ke luar saat akan menari,” sebut Aloysius Sikka, Mosalaki atau Ketua Adat Nggela, Minggu (19/8/2018).

Mure, adalah tarian yang hanya bisa digunakan saat pembangunan rumah adat, dan juga syukuran atas pembukaan kebun baru. Penarinya dipilih dari 17 perempuan yang belum menikah, di 17 suku yang memiliki Keda, atau rumah adat yang ada di komunitas adat Nggela. “Syair-syair yang dinyanyikan berceritera tentanga pembangunan rumah adat dan ditarikan oleh 17 perempuan remaja yang belum menikah yang diambil dari 17 Keda atau rumah adat yang dimiliki 17 suku disini,” ungkapnya.

Dalam rangkaian ritual adat, juga disembelih seekor kerbau. Penyembelihan dilakukan di depan Keda, dan dagingnya dibagikan kepada semua anak suku. Sebelum disembelih, kerbau tersebut di arak di atas Kanga dan juga di arak keliling Keda. “Kerbau tersebut ditutup matanya menggunakan kain agar tidak menjadi liar. Kerbau diikat tali di kedua sisi badannya dan ditarik oleh dua barisan para lelaki di kiri dan kanan serta di bagian belakang kerbau,” tambahnya.

Lihat juga...