Kisah Klasik ‘Sunda Upasunda’ Diluruskan Lewat Pementasan
Kebenaran yang Dibia peroleh melalui Adi Parwa akhirnya membuat Dibia yakin untuk mempersembahkan garapan Sunda Upasunda pertamanya di tahun 1974. “Pertama kali saya pentaskan garapan ini tahun 74 ketika saya ujian di Jogja. Itulah, karena saya ingin menggali kayak apa sih cerita sebenarnya,” ucapnya.
Tak hanya meluruskan yang bengkok, ditampilkannya garapan ini pada Bali Mandara Mahalango 5 juga memberi semangat pada Dibia untuk mencoba sebuah garapan yang padat.
Sementara itu, Prof Dr I Made Bandem selaku kurator dalam Bali Mandara Mahalango 5, garapan Barong Sunda Upasunda yang diciptakan I Wayan Dibia merupakan sebuah garapan alternatif.
“Selama ini barong untuk turis itu cerita yang dipakai ‘kan Barong Kunti Seraya yang sudah diciptakan 1948 oleh orangtua saya, orang tua Pak Dibia, dan orang tua Cokorda Raka Tisnu,” kata Bandem.
Bagi Bandem, memang diperlukan sebuah alternatif dalam pertunjukan pariwisata barong di Bali. “Turis itu ingin yang aneh, berbeda, dan besar jadi barong itu selalu menjadi andalan,” ujar Bandem.
Persoalan pelurusan cerita Sunda Upasunda yang dilakukan oleh I Wayan Dibia, Bandem pun menyambut dengan hangat akan hal itu.
“Sunda Upasunda yang dari Adi Parwa ini mengandung spiritual yang tinggi sehingga dengan adanya kisah dan garapan ini masyarakat itu punya tontonan yang sehat,” kata Bandem. (Ant)