Kisah Klasik ‘Sunda Upasunda’ Diluruskan Lewat Pementasan

Suasana kesenian barong, ilustrasi - Dok. cDN

DENPASAR — Budayawan Prof Dr I Wayan Dibia yang sekaligus pemimpin garapan seni pertunjukan pariwisata “Barong Sunda Upasunda” dari Sanggar Seni Geoks, Kabupaten Gianyar, mencoba menampilkan pelurusan alur cerita kisah tersebut.

“Cerita ini saya pentaskan dengan maksud meluruskan cerita yang selama ini dipentaskan oleh masyarakat yang alurnya salah,” kata Prof Dibia, di sela-sela pementasan Barong Sunda Upasunda, di Taman Budaya Denpasar, Minggu malam (12/8/2018).

Pengakuan I Wayan Dibia dalam rangkaian ajang “Bali Mandara Mahalango” itu menyiratkan sebuah realita bahwa masyarakat Bali perlu lebih banyak membaca sumber-sumber sastra.

“Alur yang sebenarnya bahwa tokoh utamanya, Sunda Upasunda itu digoda bukan saat dia bertapa, tetapi digoda saat dia pesta-pesta,” ujar Dibia.

Menurut dia, Sunda Upasunda sendiri merupakan kisah klasik yang telah terdapat dalam Kitab Mahabharata bagian Adi Parwa. “Ceritanya memang sudah ada di Adi Parwa, jadi mestinya itu yang dibaca sehingga dengan begitu ada referensi yang pasti,” ucapnya.

Sunda dan Upasunda yang kala itu digoda nyatanya sedang mabuk dan berpesta pora. Bagi Dibia, dari logika saja orang bertapa itu membutuhkan konsentrasi yang tinggi. Sehingga konsentrasi itu tidak mudah tergoyahkan karena seorang yang bertapa benar-benar memusatkan pikirannya.

“Orang yang mabuk sangat mudah untuk digoda dan itulah yang sebenarnya terjadi pada Sunda dan Upasunda,” katanya.

Dalam perjalanan mencari cerita yang sejati, tentunya Dibia telah memulai sejak lama. Sejak duduk di bangku kuliah, Dibia mulai menelusuri rasa penasarannya akan kebenaran dari kisah Sunda Upasunda.

Lihat juga...