Karhutla Berulang, Sulit Turunkan Emisi Gas Rumah Kaca

Ilustrasi - Karhutla - Dok. CDN

JAKARTA  – Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) mengatakan, jika kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih berulang terjadi Indonesia akan sulit memenuhi target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) yang menjadi komitmen pemerintah pada Conference of Parties (COP) 21 Paris.

“Ini mengkhawatirkan kalau ternyata Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim justru fokus bahas dagang karbon. Sekarang ini fokus dulu saja ke (pengurangan emisi dari sektor) LULUCF (land use, land use change and forestry),” kata Manager Kampanye Keadilan Iklim Walhi, Yuyun Harmono di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan, pemerintah harus benar-benar berhati-hati mengeluarkan izin pengelolaan hutan dan lahan, terlebih setelah diketahui 765 titik panas karhutla 2018 ditemukan berada di kawasan hutan tanaman industri dan perkebunan.

Pelibatan porsi masyarakat untuk mengelola hutan dan lahan melalui skema Perhutanan Sosial telah disuarakan pemerintah sejak di COP 21 Paris, sebagai salah satu cara menekan karhutla dan menurunkan emisi GRK.

Namun, Yuyun menyayangkan jika sekarang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) justru menahan pengeluaran izin maupun hak Perhutanan Sosial di hutan dan lahan gambut.

Sama halnya dengan aktivis dan ahli lingkungan lainnya, ia mengingatkan kembali agar penegakan hukum harus berjalan sebagai efek jera, bukan hanya berhenti di tingkat sanksi administratif saja.

Sebelumnya, pakar perubahan iklim dan lingkungan Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Daniel Murdiyarso mengatakan, pemerintah perlu lebih fokus dalam mengelola lahan gambut untuk menyudahi kebakaran hutan dan lahan sekaligus mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK).

Lihat juga...