Dua Bulan Lagi Taman Buah Mekarsari Panen Jambu Kristal
Editor: Koko Triarko
JAKARTA – Sejak 1991, muncul primadona baru yang menggantikan keberadaan Jambu Bangkok yang sempat menempati posisi tertinggi di kancah perdagangan jambu Indonesia. Primadona baru ini adalah Jambu Kristal. Mengapa Jambu Kristal bisa menjadi primadona baru?
Staf Produksi Kebun Taman Buah Mekarsari (TBM), Anna Sartika Hutapea, menyatakan, Jambu Kristal ini memiliki kelebihan pada daging buahnya yang lebih tebal.
“Jambu ini terkenal dengan sebutan jambu tanpa biji. Walaupun sebenarnya bukannya tidak ada biji. Tapi, bijinya itu lebih sedikit dibandingkan jambu yang lain. Bahkan, cenderung tidak ada bijinya, dan daging buahnya juga jauh lebih tebal,” kata Anna, sapaannya.
Selain itu, berat per buah jambu pun, mampu mencapai satu kilogram. Masa panen dapat dilihat, jika buah jambu sudah berubah dari warna hijau muda menjadi kuning mengkilat.

“Dengan perawatan intensif, terakhir panen di TBM, kita mendapatkan buah jambu dengan diameter sekitar 15 centi meter, dan berat satu kilogram. Untuk usia di bawah empat tahun, biasanya sekitar 25 buah per pohon. Tapi, kalau di atas empat tahun, bisa lebih banyak,” ujar Anna.
Supervisor Produksi Kebun TBM, Dudi Zen, menyatakan, bibit Jambu Kristal yang berasal dari Taiwan ini mulai dikembangkan di TBM sejak 2000-an.
“Saat dilakukan percobaan, terlihat penanaman di dataran rendah jauh lebih adaptif, dibandingkan saat penanaman di dataran tinggi. Ini terlihat dari proses panen yang hanya 2,5 bulan dari masa tumbuh bunga,” kata Dudi.
Di TBM, ada ketentuan agar tanaman buah memasuki proses belajar berbuah setelah 24 bulan. Hal ini dilakukan, agar tanaman memiliki frame set atau percabangan bagus dan tanaman siap berbiak.
“Untuk mencegah agar pohon jambu tidak berbuah sebelum waktunya, biasanya kita rontokkan bunganya. Ini kita lakukan, agar frame set-nya bagus dan hasil buahnya maksimal. Kalau di luar TBM, biasanya delapan bulan sudah ada yang berbuah,” ujar Dudi.
Dalam menunjang kegiatan petik buah di TBM, Dudi memaparkan, semua jenis pohon memiliki ketinggian sekitar dua meter untuk mendapatkan hasil produksi yang lebih baik. Sehingga dilakukan pemangkasan secara berkala.
“Kalau di TBM, biasanya ada pemangkasan. Selain untuk membuat hasilnya lebih maksimal, pemangkasan dilakukan untuk memudahkan para pengunjung saat acara petik buah dan untuk memudahkan pembungkusan buah. Jika tidak dibungkus, akan diserang oleh lalat buah. Saat ini, TBM memiliki sekitar 300 pohon yang sudah memasuki masa produksi,” paparnya.
Untuk kepentingan pembibitan, Dudi menyatakan, TBM memiliki beberapa rumah pembibitan yang diatur jeda masa panennya.
