Pedagang Batagor dan Siomay Stop Sementara Gunakan Telur

Editor: Makmun Hidayat

LAMPUNG — Kenaikan harga telur ayam di sejumlah pasar tradisional yang ada di Lampung Selatan ikut berimbas bagi sejumlah pelaku usaha kuliner diantaranya pedagang batagor dan siomay.

Wali (26) salah satu pedagang keliling batagor menyebut kuliner yang merupakan singkatan baso tahu goreng kerap menggunakan pelengkap telur rebus. Namun ia menyebut semenjak harga telur naik menjadi Rp27.000 perkilogram dirinya tidak menjual batagor dilengkapi dengan telur ayam.

Pedagang batagor dengan gerobak yang kerap mangkal di objek wisata kuliner Dermaga Bom tersebut mengaku berhenti menggunakan telur semenjak satu bulan terakhir.

Wali, salah satu pedagang keliling batagor yang kerap menyediakan pelengkap telur rebus memilih tidak menyediakan telur rebus sejak harga telur naik – Foto: Henk Widi

Pasalnya ia menyebut sejak bulan Juni harga telur ayam sudah mencapai Rp24.000 perkilogram dengan jumlah perkilogram mencapai 15 butir. Ia menyebut kerap menjua telur yang sudah direbus sebagai campuran batagor Rp2.000 perbutir.

Harga tersebut diakuinya menyesuaikan harga pembelian telur dengan jumlah sebanyak 15 butir seharga Rp24.000 makan perbutir telur ayam Rp1.600. Ia menyebut untuk telur rebus pelengkap makan batagor ia hanya mengambil keuntungan Rp400 perbutir. Sementara untuk batagor dirinya yang menjual batagor milik sang bos yang dipatok seharga Rp700 dan menjual ke konsumen Rp1.000 perbuah batagor dengan keuntungan Rp300.

“Kami sebagai pedagang keliling diberi modal gerobak dan sistem penjualan mengambil keuntungan perbuah batagor ditambah upah harian sesuai kesepakatan,” terang Wali, salah satu pedagang batagor di bilangan wisata kuliner Dermaga Bom Kalianda saat ditemui Cendana News, Sabtu (14/7/2018).

Lihat juga...