Bale Gede TMII Hadirkan Rangkaian Siklus Kehidupan Manusia

Redaktur: ME. Bijo Dirajo

JAKARTA — Taman Mini Indonesia Indah (TMII) memang tidak ada habisnya dalam memberikan edukasi, pelestarian dan pengembangan khazanah budaya bangsa. Seperti yang terlihat di Anjungan Bali. Di atas lahan seluas 6.632 meter persegi hadir lingkungan perumahan adat yang syarat dengan filosofi budaya.

“Pada dasarnya rumah adat Bali menampilkan pola arsitektur tradisional, yang bersumber pada Astha Kosala-kosili,” kata pemandu Anjungan Bali, I Wayan Suarka kepada Cendana News, Kamis (5/7/2018).

Dijelaskan, Astha Kosala-kosili mengandung arti, postur tubuh si penghuni rumah dijadikan suatu ukuran yang berdasarkan filosofi Tri Hita Kirana yang artinya adalah hubungan harmonis antara Tuhan dengan manusia, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam sekitarnya.

Seperti di halaman dalam Anjungan Bali ini, tepatnya sebelah kiri terdapat Bale Gede. Bentuk bangunan ini ditopang 12 tiang berbahan kayu dan bertembok kekar dihiasi ukiran khas Bali. Begitu pula dengan tiang-tiangnya, sehingga bangunan ini terlihat unik.

Bale Gede ini difungsikan sebagai tempat tinggal orang tua atau nenek kakek. Orang dengan kasta dan masyarakat biasa juga tinggal di Bale Gede atau rumah adat ini.

“Bale Gede ini juga difungsikan untuk merayakan upacara Manusa Yadnya. Yakni, rangkaian upacara sehubungan dengan siklus kehidupan manusia sejak di dalam kandungan sampai akhir hayatnya,” kata Wayan.

Di antaranya upacara megedong gedongan/bayi di dalam kandungan atau neluh bulanin hingga upacara kelahiran dan penguburan ari-ari bayi. Selain itu, upacara 42 hari bayi turun tanah dan upacara usia bayi 210 hari.

Upacara menekdana bagi anak perempuan yang mengalami pubertas atau datang bulan pertama. Tujuan upacara ini memohon kepada menstruasi bagi wanita, memohon kepada Dewi Bulan supaya anaknya mengikuti jejak Dewi Bulan, yakni feminin selayaknya perempuan.

Lihat juga...