Nikmati Hidup ini
(Oleh: Siti Hardiyanti Rukmana)
Teringat akan suatu saat di tahun 80-an dimana waktu itu aku akan mencoba ikut tender jalan tol yang diselenggarakan oleh Jasa Marga. Namun sebelumnya aku ingin minta pendapat bapak dulu.
Sore-sore aku sowan (berkunjung) ke bapak, aku mulai bertanya : “Bapak boleh nggak saya ikut tender mengerjakan pembangunan jalan tol”.
Diluar dugaan saya …bapak menjawab: “Jangan tanyakan ke bapak … tanyakan ke diri kamu, mampukah kamu dan anak buahmu mengerjakan proyek tersebut, kalau kamu merasa mampu ya kerjakan, ikut tender”.
“Bagaimana saya tahu kalau saya mampu pak”.
“Kalau kamu bersemangat untuk mengerjakannya, berarti kamu mempunyai kesempatan dan kemampuan untuk menyelesaikannya.” Kata bapak.
Penasaran aku bertanya : “Hanya itu pak.”
“ Yo ora (tidak), tergantung juga, seberapa besar usahamu dan kawan-kawanmu menganalisa proyek tersebut, berapa besar manfaatnya dan berapa besar resikonya, untuk dijadikan bahan dalam menyusun proposal yang baik, wajar, masuk akal, dan menarik.”

Berbekal nasehat-nasehat bapak, kami memutuskan ikut tender dengan pertimbangan kami merasa telah menghitung dengan cermat dan tepat. Hingga pada hari keputusan siapa pemenang tender dibacakan, ternyata kami kalah. Rasa kecewa dan sedih menyelimuti hati kami.
Besoknya, saya datang ke bapak, dengan wajah murung.
“ Piye wuk, tendermu menang opo kalah,” bapak tiba-tiba bertanya ke saya, seolah-olah tahu isi hatiku.
Saya jawab : “Kalah pak.”
Bapak tersenyum sambil berkata : “Berarti kamu belum siap.”