Nikmati Hidup ini

(Oleh: Siti Hardiyanti Rukmana)

“Rasanya dalem (saya) dan teman-teman sudah ngitung dengan cermat loh pak,” jawab saya nggak mau disalahkan.

“Buktinya kamu kalah,” kata bapak.

“Padahal saya pun tahajut mohon pada Allah agar tender kami menang pak,” saya mendebat.

“ Itu namanya Allah sayang kamu,” dengan sabar bapak berkata.

“ Bapak itu bagaimana sih. Wong dalem (saya) kalah, bapak ngendiko (bilang) Allah sayang,” dengan nada agak kesal saya menjawab.

Bapak memberi penjelasan dengan sabar : “Mungkin menurut Allah, kalau kamu menang, kamu tidak bisa menyelesaikannya, atau akan ada masalah di kemudian harinya, karena Allah sayang kamu, jadi tidak dibantu untuk memenangkannya.”

Dalam hatiku … ada benernya juga kata bapak.

Lalu bapak memberi nasehat : “Kamu harus bisa menerima ini semua dengan sabar dan ikhlas. Apakah kalau kamu tetap merasa kecewa dan marah, akan mendapatkan proyek tersebut. Tidak kan, yang ada malah jadi stress. Cobalah kamu nikmati apapun yang Allah berikan pada kita, kamu akan merasakan nikmatnya hidup ini.”

“Bagaimana caranya menikmati kesusahan pak. Mau tersenyum saja sulit,” kata saya.

Di jalan tol Cawang Priok, ketika baru jadi.
Di jalan tol Cawang Priok, ketika baru jadi (dok. Siti Hardiyanti Rukmana).

“Nah justru itu jawabnya, tanamkan senyum selalu di hatimu, caranya, ambil wudhu terus sholat. Mohon pada Allah agar diberi kemudahan dalam mengendalikan hawa nafsu kita, diberi kesabaran, ketegaran, keikhlasan dan mohon lindungan, petunjuk, serta bimbingan NYA, agar selalu di jalan NYA.”

“Bapak, semua nasehat dan ajaran ajaran bapak, membuat kami semakin dewasa dalam kami meniti karir di bidang usaha. Kami bangga mempunyai bapak yang tidak memanjakan kami, namun selalu mendidik kami. Terima kasih ya ALLAH, telah ENGKAU lahirkan aku dan adik-adikku dari seorang bapak yang bernama Soeharto dan seorang ibu bernama Siti Hartinah. Sayangi dan cintai bapak dan ibuku, tempatkanlah keduanya di surga-MU ya ALLAH …… aamiin.”

Lihat juga...