MEMERANGI LEPROPHOBYA (1): MENEPIS KERAGUAN
(Oleh: Siti Hardijanti Rukmana)
“Bagaimana mengetahui orang terkena kusta pak?” masih penasaran saya bertanya.
“Biasanya akan timbul bercak-bercak putih mbak, seperti panu atau bercak merah. Di daerah itu akan mati rasa. Untuk mengetahui apakah itu kusta atau panu, ambil selembar tissue, lalu pelintir ujungnya, usap-usap di bercak putih tersebut, bila tidak merasa apa apa, sudah pasti itu kusta, segera ke puskesmas dan akan diberi segera obat supaya segera sembuh. Dijamin tidak akan cacat.”
“Mbak Tutut tidak usah takut tertular, karena masa inkubasi penularannya antara empat hingga tujuh tahun. Dan itupun kalau tiap hari bertemu. Saran saya mbak, sehabis bertemu mereka, kita bersih diri, cuci tangan, sampai rumah mandi. Insya Allah tidak akan tertular. Nanti di Rumah Sakit Sitanala saya akan jelaskan secara langsung. Mbak Tutut sudah siap sekarang.”
“Insya Allah siap pak. Kapan pak ke Sitanala, sekarang juga saya siap pak.” He he mentang mentang sudah tau sedikit nantangin deh.
(Bersambung…)
Pagi hari, Jakarta 20 Juni 2018
———————–
Catatan: Pada saat mendampingi penderita kusta, saya menulis sajak “MEROBEK SILAM YANG KELAM“