Hanya saja, masih ada pengunjung yang mendatangi galeri dan worshopnya di di Kampung Penawunan Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut. Dalam seminggu ada sekira 15 potong lebih tenun ikat Garut yang terjual di galerinya.
Selain itu, dirinya kerap mengirim pesanan tenun ini kepada pelanggannya di luar kota, diantaranya Yogyakarta dan Bali. Bahkan ke luar negeri, seperti Kamboja, Inggris dan negara lainnya. Kisaran harga tenun ikat Garut mulai Rp900 ribu hingga Rp5,5 juta perpotongnya. “Ya omzet perminggu kisaran Rp20 jutaan lebih. Harga tenun juga variasi tergantung motif,” ujarnya.
Dengan karyawan 13 orang, dalam seminggu bisa memproduksi 30-50 potong tenun ikat dengan ragam motif. Produksi lebih banyak dikelola oleh suami yang memang piawai menenun hingga sukses merintis bisnis ini dari nol setelah sebelumnya terpuruk.
“Orang tua suami itu pembisnis tenun, karena bangkrut kemudian diteruskan suami saya pada 2009. Ya istilahnya bangkit. Alhamdulillah rintangan bisa dihadapi,” pungkasnya.