Masa Jaya Petinju Ellyas Pical dan Nasehat Pak Harto
Editor: Koko Triarko
Harapan Presiden Soeharto pada Ellyas Pical, juara tinju kelas super terbang versi IBF, agar tetap rendah hati atas kemenangan yang baru diraihnya. Seperti adagium, bahwa meraih gelar juara lebih mudah daripada mempertahankannya.
Kepala Negara juga berpesan, Elly jangan menjadi sombong, karena watak sombong, bukan merupakan falsafah bangsa Indonesia.
Presiden Soeharto mengingatkan, kemenangan yang diperoleh petinju Indonesia, karena anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Karenanya jangan lupa kepada Tuhan dan orang tua.
Sekarang ini tantangan bukan hanya untuk Elly, tetapi juga untuk organisasi tinju dan bangsa Indonesia,“ kata Presiden Soeharto, waktu itu, mengingatkan.
Pada akhir pertemuan, Presiden Soeharto menghadiahkan kepada Ellyas Pical sebuah arloji berlapis emas yang di dalamnya terdapat foto Presiden Soeharto dan Ibu Tien Soeharto.
Saat menghadap Presiden Soeharto, Ellyas Pical mengenakan baju khas daerahnya, daerah Maluku, yaitu baju stelan “baniang”, baju wama merah hati dengan celana berwarna hitam.
Ellyas Pical senang sekali dapat diterima oleh Presiden Soeharto, namun pembawaan juara dunia yang baru ini, memang agak pemalu dan kurang lancar berbicara. Demikian pula ibunya, merasa sangat bahagia, anaknya telah menang dan merebut gelar juara tinju kelas dunia, apalagi lalu dapat diterima Presiden Soeharto.
Pada masa kecil, Ellyas Pical, seperti rekan-rekan sebayanya di kampung, adalah seorang pencari mutiara alami, yang menyelam sampai ke dasar laut untuk mencari mutiara alam. Karena seringnya menyelam saat kecil itu, pendengaran Ellyas Pical agak kurang peka.
Lelaki kelahiran Ullath, Saparua, Maluku Tengah, Maluku, 24 Maret 1960, itu jatuh cinta kepada olahraga tinju sejak menonton pertandingan-pertandingan tinju di TVRI, satu-satunya TV pada waktu itu, terutama pertandingan Muhammad Ali.