Lestarikan Kaki Gunung Rajabasa, Haris Ubah Melinjo Jadi Rupiah

Editor: Mahadeva WS

Selain panen buah tua yang bisa dilakukan saat panen penyelang dan panen raya, buah usia muda yang dikenal dengan kroto dan melinjo muda kerap dipanen sebagai bahan sayuran. Panen melinjo pada bulan Mei tahun ini sangat tepat karena bertepatan dengan satu bulan sebelum lebaran Idul Fitri.

Selain memanen di kebun sendiri, di musim panen kali ini Haris juga membeli mlinjo milik tetangga dengan cara menebas. “Sistem tebas buah melinjo dilakukan menggunakan perhitungan buah yang akan dipanen sehingga bisa ketemu hasil penjualan ke pengepul,” cetus Haris.

Haris yang sudah menjadi penebas melinjo mengungkapkan saat ini harga melinjo belum dikupas Rp10.000 perkilogram. Kal ini Haris menebas 15 pohon di desa Gayam kecamatan Penengahan dengan harga Rp300.000 secara borongan. Jika setiap pohon diestimasi menghasilkan 20 kilogram, maka bisa dipanen sebanyak 300 kilogram melinjo. Dengan harga jual Rp10.000 Harus mendapatkan penghasilan Rp3juta.

Di sisi lain, Haris juga menjelaskan kepada masyarakat di kaki Gunung Rajabasa tentang manfaat ekonomis buah melinjo. Haris meminta warga untuk menanam melinjo. Berbagai bibit berkualitas yang sudah bisa dipanen usia tiga bulan bisa dipilih.

Penanaman pohon melinjo di kaki Gunung Rajabasa mampu menjaga lingkungan dari bahaya longsor. Sebagian menjadi tempat resapan air karena memiliki akar tunjang melinjo yang kokoh.  Saat ini di wilayah Lampung Selatan masih terdapat ratusan hektar tanaman melinjo.

Dominan tanaman tersebut berada di empat kecamatan di lingkar Gunung Rajabasa. Selain tumbuh secara liar sebagian warga sengaja membudidayakan tanaman bernilai ekonomi dan memiliki fungsi konservasi tersebut.

Lihat juga...