LIPI Tawarkan Teknologi Pembesaran Teripang Sistem IMTA

Ilustrasi keramba jaring apung - Foto: Dok. CDN

LOMBOK UTARA, NTB — Balai Bio Industri Laut, Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, menawarkan teknologi pembesaran teripang sistem “Integrated Multi Trophic Aquaculture” (IMTA) kepada pelaku usaha perikanan budi daya.

Kepala Balai Bio Industri Laut (BBIL) Hendra Munandar, di Lombok Utara, Senin, menjelaskan IMTA adalah teknologi perikanan budi dengan mengoptimalkan petakan tambak untuk tiga jenis komoditas, yakni rumput laut, ikan bandeng dan teripang.

“Jadi dalam satu petakan tambak, pembudidaya bisa memperoleh pendapatan dari tiga jenis komoditas dengan siklus produksi berbeda-beda,” katanya.

Ia menyebutkan rumput laut yang cocok ditanam di tambak adalah jenis Gracilaria. Komoditas tersebut bisa dipanen dalam waktu tiga bulan. Sedangkan bandeng dipanen setelah masa pembesaran enam bulan, kemudian dilanjutkan pada panen teripang setelah masa pembesaran selama 12 bulan.

Hendra mengakui belum mengkalkulasikan total pendapatan yang akan diperoleh pembudidaya dengan menerapkan sistem IMTA. Namun teknologi tersebut sudah diuji coba di Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, dan Desa Pijot, Kecamatan Keruak, Kabupaten Lombok Timur.

“Kami menjalin kerja sama dengan Pemkab Lombok Timur dan salah satu perusahaan swasta. Rencananya kami akan panen teripang pada akhir tahun nanti,” ujarnya.

Peneliti BBIL, Pusat Penelitian Oseanografi, LIPI, Dr Sigit Anggoro Putro Dwiono, menambahkan telah telah merintis penelitian dan pengembangan budi daya teripang pasir (holothuria scabra) yang meliputi berbagai aspek pembenihan dan pembesaran di Pulau Lombok, sejak 2011.

Lihat juga...