INRUD: 50 Persen Pemberian Antibiotik di RS, Berlebihan

Ilustrasi -Dok: CDN

“Saat itu ada gerakan untuk menekan angka penggunaan injeksi bagi pasien yang dinilai cukup tinggi. Gerakan yang diawali dari Gunung Kidul tersebut akhirnya menjadi percontohan nasional,” katanya.

Sementara itu, Keluarga Alumni Gadjah Mada Kedokteran, dalam rangka mendorong pelaksanaan Program Pengendalian Resistensi Anti-Mikroba akan menyelenggarakan workshop Meningkatkan Penggunaan Rasional dan Mengurangi Konsumsi Anti-Infeksl untuk Pengendalian Resistensi Anti-Mikroba Pendekatan Partisipatif, lnstitusional dari bawah.

“Kegiatan akan dilaksanakan pada 5 April 2018 di Ruang Theater Gedung Perputakaan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM,” kata Ketua Panitia Workshop, dr. Budiono Santosa.

Menurut dia, kegiatan workshop ini bekerja sama dengan organisasi mitra seperti “International Network for Rational Use of Drugs Indonesia” (INRUD Indonesia), Asosiasi Dinas Kesehatan (ADINKES), Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), dan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Divisi Farmakologi Klinik.

“Resistensi Antimikroba (RA), merupakan masalah kesehatan yang secara resmi menjadi agenda global ‘United Nations Sustainable Development Goal’ (UN 5065). Indonesia juga menjadi salah satu pendukung inisiatif internasional ini,” katanya.

Ia mengatakan, WHO telah mengembangkan Global Strategy for the Containment of Antimicrobial Resistance (2001) dan Global Action Plan on Antimicrobial Resistance (2015), yang merupakan rekomendasi untuk negara-negara anggota dalam mengendalikan RA.

“Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI No.8/ 2015, telah mencanangkan Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit, di mana setiap rumah sakit harus membentuk Tim Pelaksana (tim PPRA) dan melaksanakan kegiatan PengendaIian Resistensi Antimikroba,” katanya.

Lihat juga...