Dilema Petani Hortikultura, Harga Anjlok Saat Cuaca Ekstrem
Editor: Satmoko
“Pada masa panen ketiga hingga keempat dominan hujan, tapi menjelang panen rantingan mendekati Ramadan semoga cuaca membaik,” harap Suminah.
Dwi Utari, petugas penyuluh lapangan unit pelaksana tekhnis daerah dinas tanaman pangan hortikultura dan perkebunan (PPL UPTD TPHBun) menyebut, sebagian petani binaannya panen bertepatan saat musim hujan.
Proses penanaman dihitung berdasarkan perhitungan masa panen mendekati bulan suci Ramadan. Meski demikian kondisi cuaca ekstrim dan kerap berubah diakuinya terkadang sulit diprediksi.
Dwi Utari menyebut sebanyak 3 kelompok tani binaannya berada di desa Karangsari, Pematangpasir dan Lebungnala dengan luasan mencapai 6 hektar. Pada masa panen awal yang berbarengan cuaca hujan berimbas potensi kebusukan cabai dan tomat tinggi. Solusi pengeringan sederhana dilakukan dengan proses pengipasan menghindari kebusukan saat pengiriman.
“Selain kondisi cuaca hujan, harga juga pada awal bulan April rendah untuk komoditas sayuran dan bumbu sehingga merugikan petani,” beber Dwi Utari.
Sebagian petani binaan masih berpotensi panen belasan kali hingga masa bulan Ramadan pada Mei mendatang. Ia memastikan dengan sistem pengaturan lahan yang dibuat guludan dan drainase yang baik tanaman tidak akan terendam air. Masa panen yang masih akan berlangsung diharapkan akan diimbangi dengan harga komoditas hortikultura membaik.
Selain panen berbarengan dengan hujan, harga rendah, Dwi Utari menyebut saat hujan tanaman sayuran rentan mengalami penyakit. Pada beberapa lahan tanaman cabai merah rentan terkena penyakit trip berimbas keriting daun dan buah.
Selain itu jenis tanaman sayuran mentimun, pare, gambas dan tomat rentan mengalami pembusukan. Penggunaan jenis obat tertentu diaplikasikan oleh petani meminimalisir dan menghindari serangan penyakit serta mencegah kebusukan.