Ceu Popong: Peran Perempuan Jangan Dicampur Aduk
Editor: Satmoko
“Tapi bukan berarti kemudian tugasnya tumpah tindih antara hak sebagai warga negara dan peran seorang ibu dan istri. Jangan dicampuradukkan,” kata Ceu Popong demikian panggilan akrabnya.
Pemerintah sudah membentuk Kementerian Pemberdayaan Perempuan. Itu berarti menurut Ceu Popong, kemauan politik dari pemerintah sudah sangat bagus bahwa negara betul-betul serius untuk memberdayakan perempuan.
Seorang perempuan berkarir menjadi seorang pilot atau laksamana tidak dilarang. Yang dilarang itu kata dia, si perempuan pilot itu merendahkan suaminya. “Itu yang dilarang oleh agama dan UU,” ujarnya.
Kembali dia mengingatkan jangan campuradukkan antara perempuan yang berkarir dengan tugas seorang ibu dan istri.
“Perempuan berkarir ketika di rumah hilangkan profesi itu. Kembali ke kodratnya sebagai seorang ibu dan istri yang siap melayani keluarga dengan kasih sayang,” ungkapnya.
Ketika sampai rumah didapati anak kita merengek manja, itu menurut Ceu Popong, adalah perilaku wajar seorang anak kecil ingin dimanja oleh ibunya.
“Sampai di rumah, anak kita merengek manja. Itu wajar harga yang harus dibayar seorang ibu untuk menyayangi dan memeluk. Ini kompensasinya,” tukasnya.
Terkait HUT ke 43 TMII dan Hari Kartini, ada satu ungkapan dari Ceu Popong yaitu, “Setiap orang adalah waktu dan setiap waktu adalah orang”.
“Kalau pendiri TMII, Ibu Tien Soeharto sudah memberikan yang terbaik dan terbanyak dengan waktunya, maka sekarang bagian kita juga untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa Indonesia,” tegasnya.