Minat Gazebo Bambu Tinggi, Warga Ketapang Mendapat Penghasilan

Editor: Irvan Syafari

LAMPUNG — Membaiknya sektor pariwisata bahari di wilayah Lampung Selatan termasuk tempat usaha kuliner kekinian berkonsep tradisional membawa berkah bagi pemilik usaha pembuatan gazebo.

Taufik Hidayat (32), salah satu warga Dusun Rejosari, Desa Pematangpasir, Kecamatan Ketapang melihat peluang tersebut. Berawal dari bekerja sebagai karyawan pembuatan gazebo di Bandarlampung sejak 2010, dirinya mulai memberanikan diri membuka usaha tersebut di rumahnya pada awal 2016 dengan modal awal Rp5 juta.

Taufik demikian ia dipanggil,menyebut melihat tingkat permintaan akan gazebo justru banyak berasal dari konsumen kelas menengah keatas. Kondisi tersebut diakuinya saat dirinya menjadi karyawan pembuatan gazebo dengan pembeli merupakan pemilik restoran, pengusaha lokasi wisata, hingga perseorangan. Permintaan akan gazebo oleh pengusaha sektor wisata mencapai 10 hingga 15 unit sekali pemesanan.

“Proses pembuatan gazebo dikerjakan dengan tradisional menggunakan bahan bambu hitam, tali ijuk, atap daun kelapa, alang alang, rumbia atau asbes tergantung selera konsumen,” beber Taufik kepada Cendana News.

Batang batang bambu hitam berbagai ukuran yang sudah disiapkan diakui Taufik dibeli dari berbagai kecamatan di Lampung Selatan dengan jenis bambu kualitas super. Harga bambu hitam super diakui Taufik saat dirinya pertama kali membuat gazebo seharga Rp10.000 per batang ukuran 15 meter. Kini ukuran yang sama dibeli dengan harga Rp25.000. Penggunaan bambu yang banyak dipergunakan untuk bagan,tambak dan bekisting bangunan diakuinya membuat harga bambu semakin mahal.

Dibantu oleh rekan bernama Sareh (33) ia menyiapkan batang bambu yang sudah dipotong potong sesuai pola kebutuhan pembuatan saung. Berbagai peralatan tradisional dipergunakan di antaranya gergaji, palu, golok, serut yang merupakan peralatan utama ditambah pernis dan tali ijuk untuk proses akhir.

Lihat juga...