Media Sosial Tidak Bisa Jadi Sumber Berita

Ilustrasi Jurnalis - Dokumentasi CDN

JAKARTA – Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Auri Jaya menegaskan, media sosial tidak dapat menjadi sumber berita. Hal itu dikarenakan muatan di media sosial tidak dapat dipastikan kebenarannya.

Auri mengatakan berita bohong atau hoaks tidak hanya dalam tulisan, tetapi juga dalam bentuk gambar yang tidak sesuai dengan peristiwa aslinya. “Media sosial tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya, jadi tidak bisa dijadikan narasumber atau sumber berita,” ujar Auri Jaya di Jakarta, Senin (26/3/2018).

Menurut Auri, orang yang paling gampang terpengaruh berita bohong kebanyakan orang yang kurang membaca. Mereka tidak memiliki informasi pembanding yang dapat membantu untuk mengarahkan benar atau salahnya suatu informasi. Sementara untuk mengantisipasi kabar bohing, dapat dilakukan dengan banyak membaca. “Literasi sekarang bisa diakses dimana saja,” kata Auri.

Meski berita bohong bukan barang baru, Dia menilai proses Pilkada DKI Jakarta beberapa waktu lalu yang menjadi ajang perseteruan dua kubu kuat memunculkan kembali hal tersebut di media sosial. Peristiwa itu, membuat orang menjadi lebih melek media sosial.

Auri menyebut, SMSI masih memiliki banyak pekerjaan rumah, seperti melakukan pelatihan, khususnya di daerah agar kinerja wartawan menjadi lebih baik. Media daring diharapkan menjalankan perannya dalam menangkal konten negatif dan penyebaran hoaks di dunia maya, menjaga independensinya serta memberikan pencerahan kepada masyarakat. Apalagi kini media daring merupakan media massa yang paling banyak menyentuh lapisan masyarakat. (Ant)

Lihat juga...