Petani di Sikka Semangat Tanam Kedelai karena Harga Jual Tinggi

Editor: Koko Triarko

MAUMERE – Tanaman kedelai yang baru tiga tahun terakhir diperkenalkan kepada petani di kabupaten Sikka, lewat program Upsus Pajale (upaya khusus padi, jagung dan kedelai) mulai digemari petani, karena harga jualnya yang cukup tinggi.

“Pada 2017, banyak yang tertarik tanam termasuk di gabungan kelompok tani atau Gapoktan kami, tapi banyak petani yang masih ragu apakah ada pengusaha yang membeli kedelai mereka,” sebut Antonius Toni, ketua Gapoktan Buli Uher, Senin (19/2/2018).

Anton, sapaannya, menjelaskan, pada 2017 ada tiga kelompok tani dari 14 kelompok tani di Gapoktan Buli Uher yang menanam kedelai. Biasanya kedelai ditanam usai panen padi atau jagung.

Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Sikka, Inosensius Siga (kanan) bersama ketua Gabungan kelompok Tani (Gapoktan) penerima bantuan kedelai di Sikka. -Foto: Ebed de Rosary

“Tahun lalu hasilnya 2,7 ton yang dihasilkan tiga kelompok tani, sementara saya sendiri memanen 100 kilogram. Ini pertama kali kami tanam jadi masih coba-coba saja, tapi hasilnya lumayan bagus,” sebutnya.

Kedelai tersebut, kata Anton, dijual kepada pengusaha tahu dan tempe di kota Maumere, dengan harga berkisar Rp6.000 sampai Rp8.000 per kilogramnya. Kalau kedelai yang kering dan kualitasnya bagus harganya bisa Rp8.000 per kilogram.

“Untuk tahun ini, saya sudah cek di pengusaha dan dikatakan, bahwa mereka berani membeli dengan harga 9 ribu rupiah per kilogramnya. Gapoktan kami akan tanam kedelai dan saya sudah bicarakan dengan pengusaha yang siap membeli berapa pun produksinya,” terangnya.

Lihat juga...