Membangun Solidaritas Budaya Menuju Keharmonisan Bangsa
OLEH: TJAHJONO WIDARMANTO
Kesadaran sebagai bangsa yang majemuk menjadi landasan utama yang dibahasakan dalam politik berkebangsaan sebagai Bhinneka Tunggal Ika. Kesadaran nasional sebagai bangsa yang bhinneka merupakan pengakuan kultural dari bangsa Indonesia yang harus dijadikan acuan strategi kebudayaan nasional. Kesadaran ini meneguhkan bahwa ciri kultural dan sosiologis bangsa Indonesia adalah multi-identitas kultural yang harus selalu dirawat, diberi ruang hidup yang sehat sehingga keragaman budaya bisa tumbuh sehat.
Keanekaragaman budaya tersebut merupakan sebuah kekuatan atau potensi yang membentuk karakter, nilai, dan citra budaya yang menjadi anasir penting identitas budaya daerah (lokal) yang pada gilirannya nanti akan mewarnai identitas kebangsaan. Dengan kata lain, ke-Indonesia-an sejatinya “jalinan sapu lidi” dari identitas-identitas budaya lokal.
Keragaman budaya lokal menghadapi dua tantangan besar. Kedua tantangan itu adalah tantangan internal dan tantangan eksternal. Tantangan internal adalah tantangan dari dalam, yaitu ketika budaya lokal tersebut dianggap tidak lagi relevan hingga mulai diabaikan oleh pelaku budayanya. Menghadapi tantangan ini harus ada upaya yang sungguh-sungguh untuk merevitalisasi, mereposisi, mereinterpretasi, mengadaptasi dan mengembangkan nilai-nilai yang ada dalam budaya lokal tersebut.
Tantangan eksternal muncul dari luar, yang paling dahsyat yaitu globalisasi. Ada dua hal utama yang bisa dilihat dari globalisasi. Pertama, tidak lagi dikenal batas teritorial, tidak ada lagi batasan nasional, lokal dan internasional. Kedua, ruang pribadi dan ruang publik tak lagi dipisahkan. Kebudayaan tidak lagi memiliki nilai hening untuk merenung, mengolah dan memantapkan jati diri, namun telah tereduksi menjadi kenikmatan semata.