Membangun Solidaritas Budaya Menuju Keharmonisan Bangsa

OLEH: TJAHJONO WIDARMANTO

Tjahjono Widarmanto. Foto: Istimewa

Dalam pemakaian sehari-hari, istilah kebudayaan mewujud pada istilah budaya sebagai representasi kebudayaan yang dapat ditangkap indera manusia. Representasi tersebut lebih fokus pada tiga ranah. Tiga ranah budaya itu adalah ranah dinamika perkembangan intelektual, spiritual dan estetika, ranah kegiatan intelektual, artistik dan produk hasilnya (termasuk kesenian), dan ranah seluruh aspek cara hidup, tradisi, kebiasaan seseorang maupun komunal.

Setiap komunitas, etnik, bangsa atau suku bangsa secara dialektis mengalami proses perkembangan budaya. Proses perkembangan budaya tersebut sangat dipengaruhi faktor geografis dan sejarah. Karena faktor geografis dan historislah yang menyebabkan Indonesia tumbuh sebagai bangsa yang memiliki keanekaragaman budaya. Faktor geografis melahirkan masyarakat Indonesia yang majemuk dan masyarakat yang majemuk itu mengakibatkan tumbuhnya budaya multikultural yang dibangun dari berbagai anasir budaya dan kearifan lokal (local genius).

Begitu juga dengan faktor kesejarahan, historika Indonesia bisa dilihat dari dua bagian, yaitu sejarah besar dan sejarah kecil. Sejarah kecil merupakan lokalitas dari setiap etnik yang ada di Indonesia. Lokalitas-lokalitas itu menumbuhkan berbagai keragaman yang bhinneka. Kondisi masyarakat Indonesia yang bhinneka ini melahirkan gelombang kesadaran untuk menghormati hak tiap identitas etnik maupun tradisi budaya yang beragam. Dengan istilah lain multikulturalisme mengisyaratkan penghormatan akan kemajemukan lokalitas. Sejak Indonesia sebagai identitas kebangsaan muncul, muncul pula kesadaran untuk menyatukan kebersamaan dalam identitas multikultur itu sendiri.

Lihat juga...