JAKARTA — Meski hampir setiap daerah memiliki dodol, namun rasa dan ciri khasnya hampir berbeda. Seperti halnya dodol Betawi, panganan berwarna hitam kecoklat-coklatan dan putih keabu-abuan ini terasa lembut di mulut dengan proses masaknya tidak terlalu matang.
Untuk memasak kuliner khas nusantara yang satu ini butuh kesabaran dan ketekunan. Dalam mengaduk adonan didalam wajan bahkan memakan waktu hingga delapan jam.
“Adonan kita aduk hingga delapan jam, “ papar Irfan, pengolah adonan Dodol Koleh Betawi, kepada Cendana News, di acara Festival Benyamin Biang Kerok di halaman Kompleks Gedung Pusat Kebudayaan Betawi, Jl. Jatinegara Timur, Jakarta Timur, Sabtu (17/2/2018).
Ia menyebutkan, bahan-bahannya yang dibutuhkan yakni, santen kelapa, ketan hitam untuk dodol hitam kecoklat-coklatan, sedangkan ketan putih untuk bahan dodol putih keabu-abuan.
“Kemudian, tepung, gula merah untuk warnanya agar berwarna agak merah, sedangkan pemanisnya gula pasir,“ ungkapnya.
Adapun proses pembuatan dodol kolek, menurut pemaparan Irfan, yaitu mulai dari memasukan santen ke wajan hingga berminyak agak tidak lengket. “Lalu kita tuangkan tepung ke wajan, setelah itu aduk hingga delapan jam, “ paparnya.
Sementara untuk bahan bakar menyesuaikan keadaan. Kalau masak dodol sekarang pakai gas, sedangkan dulu pakai kayu. “Rasanya memang agak beda masak pakai gas dengan pakai kayu, tapi kalau sekarang pakai kayu kasihan asapnya kemana-mana, ” katanya.
Disebutkan juga, dodol kolek khas Betawi hanya mampu bertahan lebih kurang seminggu. Hal tersebut dikarenakan tidak memakai pengawet.
Harapan Irfan mudah-mudahan dodol kolek makanan khas Betawi tidak hilang ditelan zaman. “Kita tidak terlalu komersil untuk dodol Kolek, dodol asli khas Betawi zaman dulu, tapi lebih untuk melestarikan dodol kolek, makanan khas Betawi, “ tandasnya.