Pelestarian Mangrove Benteng Alam Perkampungan Nelayan Lamsel
Upaya yang dibarengi oleh kesadaran masyarakat tersebut diakui Hendra bahkan menghasilkan jutaan pohon mangrove berbagai usia di antaranya berusia belasan hingga puluhan tahun.
Beberapa lokasi yang menyisakan vegetasi mangrove dan jenis kayu setigi pantai bahkan diberi tulisan larangan merusak dan mengambil tanaman tersebut.
Hasilnya jajaran pohon mangrove dan tanaman vegetasi pantai yang menyerupai hutan masih tetap terjaga di wilayah tersebut hingga kini sebagai benteng alam perkampungan warga nelayan.
Kondisi serupa dialami ratusan masyarakat di Dusun Pegantungan Ujung Desa Bakauheni yang tinggal di jalur sungai Pegantungan dan berada di muara sungai.
Keberadaan tambak udang diakui oleh Jemino (39) ikut menyumbang kerusakan mangrove meski masih disisakan sebagian sebagai penahan tanggul tambak. Akibat berkurangnya mangrove masyarakat nelayan di wilayah tersebut diakuinya bahkan was was saat angin kencang dan gelombang.
Jumino menambahkan kerusakan alam pernah terjadi di wilayah perkampungan nelayan tersebut karena faktor alam akibat ombak laut berimbas abrasi ditambah pendangkalan pada alur sungai oleh material tanah dan pasir yang terbawa air sungai.
Namun kesadaran masyarakat untuk menjaga perkampungan tetap aman dari terjangan angin dan gelombang laut membuat warga mulai membuat pagar alami secara berkelanjutan.
“Keselamatan menjadi kebutuhan kami terutama saat musim angin barat pernah kampung nelayan mengalami kerusakan rumah dan rugi secara material lalu mulai menjaga tanaman mangrove dan menambah dengan tanaman baru,”
ungkap Jemino,
Keberadaan kawasan hutan mangrove yang kini dijaga oleh masyarakat diakui Jemino merupakan tanaman mangrove berbagai jenis dengan umur sekitar tiga tahun, enam tahun dan beberapa diantaranya masih tumbuh dengan ukuran kecil.