Matias Ratu Redo, Merintis Usaha Tenun Ikat Sejak 1992

Produk kain tenun yang dijual di kios Sukolengo milik Matias Ratu Redo di Pasar Tingkat Maumere. -Foto: Ebed de Rosary

Merantau ke kota Maumere dari sebuah wilayah desa di kabupaten Ende harus dilakukannya, agar bisa mengubah nasib dan meriah sukses. Hanya satu niat yang ada di dalam benaknya, yakni menjadi wirausahawan, menjual apa saja untuk bisa mendapatkan uang.

Sejak 1992, usai tragedi gempa Flores, ayah 7 orang anak ini pun mulai berjualan kain tenun dengan berjalan kaki serta berjualan dengan menggunakan gerobak. Dirinya merintis usaha dengan membeli sarung tenun ikat bekas pakai serta membelinya dari penenun.

“Sejak 1995 setelah kios di pasar Tingkat Maumere terbakar, saya menjual di Taman Kota menggunakan gerobak dan setelah dibangun pada 1999, saya berjualan kembali di sini pada `15 September 1999,” tuturnya.

Mandiri Dalam Usaha

Usai pasar Tingkat Maumere direhab, Matias mendapat sebuah kios di pasar ini melalui undian, sehingga dia mulai meminjam uang di bank BRI Maumere sebagai modal usaha, karena sebagian besar kain tenunnya ikut dilalap api saat terjadi kebakaran pada 1995.

“Saya bergulat dengan suka duka dalam menjual tenun ikat. Waktu terbakar, banyak stok kain tenun saya terbakar sehingga saya memulai dengan meminjam uang di bank, lalu mulai berjualan lagi,” ucapnya.

Kain tenun yang dijual pria energik ini berasal dari seluruh wilayah di NTT, tapi yang terbanyak berasal dari kabupaten Sikka, Ende, Flores Timur dan Lembata. Selama berusaha, dirinya tidak pernah mendapat bantuan modal dari pemerintah.

Lihat juga...