KWT Melati Optimalkan Pekarangan jadi Sumber Pangan
“Banyak tanaman yang dirusak dan dimakan oleh ternak namun berkat sosialisasi kepada warga pemilik ternak agar melakukan proses pengandangan, maka kini kami para wanita tidak perlu khawatir tanaman rusak akibat ternak berkeliaran,” beber Tiwi.
Pemanfaatan pekarangan selain mengurangi dampak polusi lingkungan dan memperindah halaman, beragam sayuran bisa dipenuhi tanpa harus membeli termasuk kebutuhan bumbu berupa kunyit, kencur, daun bawang, cabai, serta jahe.
Selain setiap anggota kelompok wajib menanam, KWT Melati juga memiliki lokasi penanaman yang disebut kebun kelompok selain ditanami sayuran sekaligus berbagai jenis tanaman obat keluarga (toga). Dua pekan sekali anggota KWT bertemu di kebun kelompok sekaligus membahas kemajuan KWT tersebut.
Keaktifan anggota kelompok wanita tani dalam penyediaan beragam sayuran di pekarangan diakui Tiwi sangat terasa ketika harga cabai dan beras melonjak. Ketika harga beras melonjak Tiwi menyebut, kaum wanita di wilayah tersebut tidak khawatir mengeluarkan biaya ekstra untuk membeli beragam sayuran dan bumbu. Alokasi keuangan pun bisa dialihkan untuk membeli lauk pauk dan beras saat musim panen belum tiba. Upaya tersebut ikut mendukung ekonomi keluarga dengan pemenuhan kebutuhan secara mandiri.
Kelompok tani tersebut juga menjadi kelompok yang sekaligus mendukung para suami yang memiliki kelompok tani (Poktan) Panca Usaha Tani di desa tersebut. Sebagian kelompok tani penanam padi di wilayah tersebut sekaligus terbantu dengan pekerja wanita saat musim tanam dan musim panen sehingga dukungan dari kaum wanita sangat besar. Sementara dalam waktu senggang para wanita juga bisa melakukan proses perawatan tanaman sayur dan buah di pekarangan.