KWT Melati Optimalkan Pekarangan jadi Sumber Pangan

Pola penanaman beragam jenis sayuran dan buah dengan menggunakan media tanam polybag bahkan menjadikan tanaman sayuran sebagai pagar pekarangan membuat hasil panen lebih maksimal.

Tukilah menyebut, selain diberikan kepada tetangga, dikonsumsi sendiri, sebagian hasil panen dikumpulkan untuk dijual oleh anggota KWT yang bekerja sebagai pedagang sayur keliling. Hasil penjualan dikumpulkan sebagian untuk uang kas kelompok ditambah iuran wajib bulanan untuk membeli bibit tanaman selanjutnya secara mandiri.

Sebagian anggota kelompok yang mendapat bantuan bibit dari pembelian kelompok juga berinisiatif membeli beragam benih yang tersedia di sejumlah toko pertanian.

“Saya mengembangkan tanaman sayur dan buah sebagian dengan mandiri membeli bibit dari toko pertanian hasilnya cukup lumayan,” terang Tukilah.

Pagar tanaman singkong dimanfaatkan sebagai sayuran oleh Tiwi sebagai anggota KWT Melati [Foto: Henk Widi]
Bermodalkan Rp13.000 untuk membeli benih kacang panjang berjumlah sekitar 100 biji, ia menyebut, setelah usia 45 hari dirinya bisa memanen sayuran tersebut. Proses penanaman dilakukan mempergunakan kayu dan bambu, tepat di depan rumah.

Selain berfungsi sebagai penghias pekarangan sekaligus memiliki fungsi untuk penyedia bahan baku sayuran. Ia bahkan bisa melakukan penghematan sekitar Rp300 ribu bahkan lebih per bulan dengan mengurangi pembelian sayuran.

Pemanfaatan pekarangan sekaligus pagar tanaman sebagai sayuran juga dilakukan oleh Tiwi (25) ibu rumah tangga yang juga anggota KWT Melati dengan menanam sayuran kacang panjang, singkong serta berbagai jenis sayuran lain dengan media polybag. Tiwi awalnya mengaku, salah satu kendala proses penanaman di pekarangan adalah adanya warga yang masih melepasliarkan beberapa jenis ternak di antaranya kambing dan kerbau.

Lihat juga...