Kisah Mahathir dan Lee Kuan Yew Bertemu Presiden Soeharto

“Banyak negara yang merdeka pada waktu yang bersamaan, tidak mengalami kemajuan apa-apa karena adanya perang saudara. Namun Pak Harto dapat mengawal sehingga Indonesia bisa menjadi sebuah negara yang jaya,” imbuhnya.

Presiden Soeharto saat menghadiri Sidang OKI, pada 9 Desember 1996. Foto: soeharto.co

Mahathir juga menceritakan bagaimana ia terinspirasi dari Pak Harto yang menyimpan rapi semua kenangan dari kepala-kepala negara sabahat berupa cinderamata di Museum Purna Bhakti Pertiwi. “Saya mengumpulkan hadiah-hadiah (dari para kepala negara) dan meletakkannya di museum,” ujarnya.

Mahathir juga ingat, bagaimana sosok Pak Harto saat berbicara dengannya kadangkala mengetengahkan peribahasa Jawa. Pak Harto juga gigih dalam mempertahankan Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila. Mahathir menyebut, Malaysia mengikuti apa yang dilakukan Pak Harto, yakni dengan adanya rukun negara.

Pak Harto, kata Mahathir, memiliki ketegasan dan sangat paham terhadap berbagai masalah dan hal-hal yang diperlukan oleh rakyat dan negara Indonesia. Soal demokrasi, misalnya. Pak Harto memahami demokrasi yang khas Indonesia.

“Itu sebabnya mengapa di bawah kepemimpinan Pak Harto, Indonesia bisa maju,” tukasnya.

Begitulah cerita Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad. Pertemuannya dengan Pak Harto terjadi jauh setelah pertemuan awal Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew dengan Presiden Soeharto.

Lee Kuan Yew mengatakan, pertama kali bertemu dengan Pak Harto pada bulan September 1970 dalam Pertemuan Tingkat Tinggi Gerakan Non-Blok di Lusaka.

Lihat juga...