Kisah Heroik Pak Harto Pimpin Pasukan Penyerangan Belanda

JAKARTA — Dusun Kemusuk identik dengan Presiden Soeharto karena dusun tersebut memang tempat kelahirannya. Ada kisah heroik tentang dusun Kemusuk yang menjadi saksi atas kekejaman Belanda pada Agresi Militer Belanda II.

Belanda memburu Soeharto ke Dusun Kemusuk, tetapi tidak menemukannya sehingga pasukan Belanda merasa kecewa dan marah. Kemudian, dusun Kemusuk dibumihanguskan karena Pak Harto pemimpin pasukan Wirkres III yang menyerang Belanda. Demikian antara lain diungkapkan  Aan Ratmanto, sejarawan dan penulis buku sejarah dari Yogyakarta.

“Di Yogja itu sebenarnya Pasukan Pak Harto punya tiga markas. Pertama di Ngoto, kemudian kedua, di Segoroyoso, dan ketiga, di Bibis. Di Ngoto ini orang jarang tahu kalau disitu ternyata pernah dijadikan markas Pasukan Pak Harto yang pertama. Daerahnya di Bantul, kilometer 5 dekat Ring Road Yogyakarta, “ kata Aan Ratmanto menuturkan penelitiannya tentang Pasukan Pak Harto, saat bertandang ke kantor Cendana News, beberapa waktu yang lalu.

Lebih lanjut, lelaki kelahiran Bantul, Yogyakarta, 25 Juni 1983, itu menerangkan, Setelah agresi militer, Pak Harto langsung mengundurkan diri dengan beberapa anggota pasukannya ke Ngoto. Dari sini sebenarnya titik awal yang paling sentral di markas ini adalah tempat merancang strategi untuk konsolidasi.

“Pada 20 sampai 25 Desember Pak Harto melakukan konsolidasi jadi keliling Jogja untuk mencari pasukannya yang terpencar-pencar untuk dikumpulkan lagi,” papar alumni Jurusan Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta.

Menurut mahasiswa Magister Sejarah UGM Yogyakarta ini, peristiwa-peristiwa tersebut mengerucut ke Serangan Umum malam hari yang tanggal 29 Desember, orang menyebutnya Pajongjong sebagai kado tahun baru untuk Belanda.

Lihat juga...