Intelijen di Era Digital: Tantangan Membangun Ketahanan Nasional
JAKARTA – Ancaman yang dihadapi intelijen di saat ini maupun yang akan datang cukup berat. Pasalnya, perang siber telah merambah ke seluruh penjuru masyarakat dan menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi intelijen Indonesia dalam menjalankan tugas. Terutama dalam menghadapi perang siber yang memerlukan dukungan kecanggihan teknologi digital.
Ngasiman Djoyonegoro, penulis buku Intelijen di Era Digital menyampaikan bahwa di era digital ini, berbagai bentuk kejahatan terus berdatangan dengan adanya dukungan teknologi yang sangat canggih.
Peperangan yang dulu selalu identik dengan senjata, peluru, pembunuhan, pengeboman dan sebagainya, kini telah bergeser seiring dengan perkembangan teknologi digital. Penyebaran informasi hoax bernada SARA, peretasan website merupakan contoh perang siber.
Tujuan penulisan buku tersebut di antaranya sebagai sumbangsih pengetahuan dalam rangka menghadapi era globalisasi yang diiringi dengan perkembangan teknologi digital dengan bermunculan berbagai ancaman dalam bentuk dunia baru seperti cyber war, cyber terrorism, cyber espionage, dan masih banyak lagi. Memberikan gambaran kepada intelijen Indonesia perihal prospek dan tantangan dalam membangun ketahanan nasional di era digital.
“Intelijen Indonesia diharapkan mampu adaptif terhadap berbagai dinamika dan perkembangan di era digital. Jika dulu gerakan penyusupan agen intelijen terhadap suatu negara melalui jalur darat, di abad informasi sekarang penyusupan intelijen melalui dunia siber, itu yang harus menjadi perhatian intelijen negara kita,” jelasnya, Rabu (10/1/2018), setelah bedah buku selesai.
Komjen Pol Drs. Lutfi Lubihanto, M.M, Kepala Badan Intelijen dan Keamanan Polri, memberikan pandangan perihal buku Intelijen di Era Digital karya Ngasiman Djoyonegoro. Menurut dia, buku tersebut sangat membantu dan sangat komprehensif sebagai referensi bagi masyarakat luas khususnya untuk penegak hukum dan praktisi intelijen keamanan.