Mengenal Usmar Ismail, Bapak Perfilman Nasional yang Diusulkan Jadi Pahlawan

Sosok Usmar Ismail sangat fenomenal. Ia adalah orang Indonesia pertama yang secara independen membuat film pada masa pasca Indonesia merdeka. Pernyataannya yang terkenal tentang ‘Darah dan Doa’ bahwa ia “membikin tanpa perhitungan komersial apa pun.

Film ini dibuat semata-mata hanya didorong oleh idealisme” semakin mengukuhkan reputasi film tersebut dan membedakannya dari produksi-produksi film lain yang berorientasi komersial.

Sebelum berkecimpung di dunia sinema, Usmar Ismail berprofesi sebagai seorang tentara pada masa penjajahan Belanda. Setelah kemerdekaan pada 1950, Usmar Ismail menjadi orang Indonesia pertama yang memproduksi film Indonesia.

Ia menjadi sutradara film dan mendirikan Perfini (Pusat Film Nasional Indonesia), studio film pertama di Indonesia, pada awal 50-an. Selama hidupnya, antara 1950-1970, ia membuat 33 film layar lebar: drama (13 film), komedi atau satire (9 film), aksi (7 film), musical/entertainment (4). Namun, ada satu film yang membuatnya tertekan dan berakhir dengan kematiannya.

Menurut Rosihan Anwar, wartawan senior dan ipar Usmar Ismail, tidak semua publik tahu tentang cerita tragis yang dialami Usmar Ismail dan yang membawanya kepada kematian relatif muda.

“Usmar meninggal dunia dalam usia belum genap 50 tahun. Walaupun Usmar tidak pernah membicarakannya dengan saya, namun saya pikir dia telah mengalami kekecewaan berat dan stres akibat joint-production Perfini dengan sebuah perusahaan film Italia membuat film cerita dengan lokasi Bali,” tulis Rosihan dalam buku “Di Balik Manusia Komunikasi.” Sebuah buku yang dipersembahan untuk 75 Tahun M. Alwi Dahlan, kemenakan Usmar Ismail.

Lihat juga...