Halusinasi Konyol Trump untuk Kota Suci Tiga Agama

Jika sudah memiliki sikap yang dengan tegas menolak rencana Amerika tersebut, maka tugas Indonesia berikutnya sebagai negara yang menganut politik bebas aktif dalam kancah pergaulan luar negeri, sudah sepantasnya mengajak serta menggalang dukungan dari negara-negara yang memiliki kesamaan pandangan tentang keberadaan Yerusalem dan kemerdekaan yang harus diraih Palestina sebagai entitas berdaulat.

Permasalahan pemindahan ibukota bukanlah sebuah masalah administratif semata, namun juga masalah kedaulatan Palestina sebagai sebuah bangsa dan upaya membangun perdamaian yang sudah bertahun digelorakan. Jika atas dasar kebebasan berpendapat, Trump memiliki hak demikian, maka dimana Hak Azasi Manusia (HAM) yang selama ini didengungkan Amerika sebagai salah satu pioner akan adanya HAM?

Penulis mendukung terhadap kecaman demi kecaman yang terlontar dari warga Indonesia. Kecaman tersebut berisikan suara hati nurani yang melihat penderitaan rakyat Palestina berpuluh bahkan beratus tahun didzalimi oleh Israel. Lebih penting dari masalah kedigdayaan Israel di tanah Palestina, gaung kemanusiaan juga sudah seharusnya didengungkan oleh segenap manusia yang masih memiliki harapan jika di Timur Tengah harus tercipta sebuah kedamaian.

Kita tidak ingin mendengar adanya teriakan anak kecil yang kehilangan ibunya, kita tidak ingin lagi mendengar pekikan laki tua yang tertembus selongsong peluru, kita tidak ingin lagi ada pelarangan menghadap pada Tuhan yang merupakan hak bagi setiap manusia, karena itu, polemik yang memancing kekisruhan sudah sepantasnya kita akhiri bersama.

Karena dunia ini, dunia tempat kita berpijak tidak haus akan darah manusia, tapi haus akan cinta, kasih dan kedamaian terhadap sesama. Selamat merayakan Tahun Baru 2018 Masehi, semoga pada tahun mendatang, kedamaian senantiasa tercipta di bumi. ***

Lihat juga...