Pilar Utama Golkar Telah Roboh, Segera Munaslub!

OLEH REZHA NATA SUHANDI

Dilematisme dialami oleh Golkar, sebagai partai kader, jelas jika Golkar tak akan pernah kekurangan kader yang kelak akan dipupuk menjadi figur pemimpin. Tapi permasalahan lain timbul, akibat kader yang bertumbuh merata di semua lini, dibuktikan dengan pemerataan distribusi pemimpin pada tataran kepala daerah hingga kepemimpinan pusat.

Hal tersebut dapat kita lihat misalnya pada Pilkada serentak 2017 lalu. Dari 101 penyelenggaraan Pilkada, Golkar memenangi 54 daerah. Ini berarti memiliki probabilitas kemenangan Golkar sebesar 54%.

Namun, bukanlah berarti tanpa masalah jika memiliki kader berlebih dan merata pada semua lini. Keseimbangan pasti timbul akibat beban yang sama, jika tak sama, maka pendulum akan timpang terhadap salah satu pengait. Pun dengan Golkar, memiliki banyak kader yang berkompetensi seimbang akan menimbulkan banyak kelompok, berkelompok berarti memunculkan fatsun, memunculkan berbagai fatsun akan berisiko pada beragamnya kepentingan, akibat beragam kepentingan yang timbul, akan banyak intrik, sampai pada akhirnya menimbulkan konflik.

Konflik ini merupakan bahan baku yang baik jika hanya sekedar menginginkan gonjang ganjing internal dalam tubuh sebuah organisasi atau partai. Partai ini sedang mencari titik keseimbangannya sendiri.

Bahkan akibatnya lebih melebar lagi, akibat dari konflik internal ini paling fatal adalah perpecahan partai dan itu telah terjadi dalam beberapa dekade Partai Golkar berkiprah pada kancah perpolitikan nasional. Hal yang tidak terlalu substantif namun cukup mengguncang yakni penurunan perolehan suara pada pemilu yang akan atau telah diikuti oleh sebuah partai.

Lihat juga...