Titiek Soeharto: Pemanfaatan Lahan Marjinal Belum Maksimal

YOGYAKARTA – Anggota Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Hariyadi, Titiek Soeharto, meminta pihak swasta ikut terlibat dan berkontribusi dalam membantu pengembangan sistem teknologi inovasi terbaru di lahan pertanian marjinal.

“Hal itu karena lahan pertanian marjinal sebenarnya memiliki potensi sangat besar, namun saat ini pemanfaatannya masih belum maksimal”, kata Titiek Soeharto, saat meninjau kawasan lahan pertanian pasir di daerah pesisir pantai selatan yang menerapkan teknologi inovasi tepat guna berupa sistem irigasi kabut di Kelompok Tani Pasir Makmur, desa Srigading Sanden, Bantul, Jumat (24/11/2017) sore.

Menurutnya, potensi pertanian dengan penerapan inovasi teknologi sistem irigasi kabut ini sangat luar biasa. Namun, terkendala modal awal yang cukup besar. Karena itu, semestinya pemerintah daerah, maupun lembaga-lembaga termasuk swasta dapat membantu. Misalnya, melalui dana CSR, sehingga pengembangan akan lebih cepat.

Kawasan pesisir Pantai Samas, Bantul, memiliki potensi pertanian cabai dan bawang merah seluas 30 hektare di lahan pasir. Namun, hingga saat ini, baru 1,3 hektare lahan yang bisa dimanfaatkan dengan menggunakan sistem irigasi kabut. Hal itu dikarenakan mahalnya biaya awal sistem irigas kabut yang mencapai Rp5juta per 1.000 meter, sehingga petani tidak mampu jika harus menanggung seluruhnya.

“Dari 1,3 hektare lahan itu, sebanyak 1 hektare merupakan bantuan dari BRI. Sedangkan 3.000 meter dari swadaya petani,” kata Ketua Kelompok Tani Pasir Makmur, Sumarno.

Penerapan sistem irigasi kabut di lahan berpasir, terbukti memiliki banyak keuntungan, yakni lebih efisien, ekonomis dan ramah lingkungan. Selain mampu meningkatkan hasil panen hingga 2-3 kali lipat, penerapan inovasi teknologi ini juga bisa menghemat tenaga hingga 60 persen. Tak hanya itu, sistem yang sudah dikenal luas ini juga sangat ramah lingkungan, karena dapat menekan penggunaan pupuk pestisida.

Lihat juga...