Petani Palas Minta Normalisasi Sungai Way Pisang

Kekhawatiran warga akan curah hujan yang tinggi bisa berimbas luapan sungai melanda perumahan warga di bantaran sungai Way Pisang akibat belum dilakukan pengerukan atau pendalaman aliran sungai. Dikhawatirkan bisa menyulitkan warga yang akan melakukan masa tanam pertama (MT1) pada bulan Oktober hingga bulan Maret mendatang. Dua pintu air yang sekaligus berfungsi sebagai akses jalan raya penghubung tanggul dari Kecamatan Palas menuju Kecamatan Sragi diakuinya juga kerap tersumbat oleh material sampah yang terbawa dari aliran sungai di bagian hulu.

Ia memastikan, total area yang kini ditumbuhi oleh tanaman air sekaligus mengganggu saluran air yang dibangun pada era Presiden Soeharto tersebut. Area itu lebih dari 1000 meter tersebar di beberapa titik di antaranya dibatasi titik pintu air yang mengarah ke timur dan pintu air yang menuju ke arah selatan, meski beberapa petugas kerap membersihkan. Namun akibat perkembangan rumput liar yang sangat cepat berimbas pintu air dipenuhi dengan tumbuhan air dampak dari sedimentasi.

Pintu air yang membagi air dari sungai Way Pisang ke lahan pertanian warga di Palas. [Foto: Henk Widi]
Petani lain yang ada di dekat tanggul saluran air di Desa Bandanhurip, Warid, menyebut, dengan tidak adanya pendalaman atau upaya pengerukan sungai dan saluran air, ia sebagai petani mengkhawatirkan saat puncak musim hujan di wilayah Lampung yang biasanya terjadi pada bulan Januari, air bisa meluap ke area persawahan. Khususnya pada beberapa bagian tanggul yang berpotensi jebol.

“Pengalaman tahun sebelumnya, dampak dari debit air yang sangat banyak ditambah sedimentasi sungai yang parah berimbas hamparan persawahan yang memasuki masa tanam diterjang banjir karena sungai sudah tak bisa menampung air yang menuju ke Way Sekampung,” bebernya.

Lihat juga...