Pentas Wayang Beber Lakon ‘Ki Brayut’ Ajak Peduli Lingkungan (1)

“Saya ingin menggelar wayang, tapi wayang apa kira-kira masih bertanya-tanya. Kemudian saya memutuskan untuk menggelar wayang beber,” kata Edi, Sabtu (18/11/2017) malam.

Menurut Edi, Wayang Beber ini sudah termasuk langka. Karena itulah ia memutuskan untuk menggelarnya.

Tonton: WAYANG KARDUS, UPAYA JENAKA BUMIKAN PANCASILA

Edi kemudian menggandeng dosen karawitan dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Ki Tejo Bagus Sunaryo sebagai dalang dan Ki Taufiq Hermawan, jebolan kriya ISI Yogyakarta sebagai desainer dan pembuat wayang.

Maka malam itu, Jumat (17/11/2017), tergelarlah wayang beber di Desa Branjan di bantaran Sungai Bedog, dimulai sekira pukul 21.00 hingga 22.40 WIB. Pementasan berlangsung kurang lebih selama satu setengah jam.

Rahayu Nur Hayati, peminat budaya dan wayang. -Foto: Ist

Rahayu Nur Hayati, seorang pengunjung yang menonton pertunjukkan wayang beber mengambil lakon “Ki Brayut” dengan dalang Ki Tejo Bagus Sunaryo, itu menyebutkan wayang ini termasuk sangat langka dan hampir punah. Di Indonesia, mungkin hanya ada di Wonosari, Gunungkidul, dan Pacitan.

Wayang beber adalah jenis pertunjukan yang menggunakan media kain (mori) yang berisi lukisan para tokoh sekaligus cerita.

“Wayang beber adalah cerita wayang yang disajikan di beberapa lembar kain, normalnya dua. Biasanya wayang beber itu ada tujuh sesi cerita,” imbuhnya.

Baca: Potensi Ekonomi Kerajinan Wayang Masih Terbuka Luas

Penyebutan wayang beber itu sendiri karena dalam pementasannya si dalang harus membeber atau membuka gulungan kain dalam mementaskan lakon-lakonnya.

Lihat juga...