Harga getah karet di tingkat petani diakuinya masih cukup rendah karena diakuinya pada tahun sebelumnya ia pernah menjual getah karet mencapai Rp12.000 per kilogram. Namun pada musim panen getah karet pada November per kilogram harganya turun menjadi Rp8.000 per kilogram.
Dengan demikian ia meraup penghasilan Rp800 ribu untuk penjualan sebanyak 100 kilogram getah karet. Sebagai tanaman investasi ia mengaku masih menguntungkan sebab karet bisa memberinya penghasilan di samping pekerjaan utamanya sebagai pegawai negeri sipil.
“Sebagian warga menanam karet sebagai sambilan dan tanaman investasi karena tanaman pokok berupa padi dan jagung sekaligus sebagian memiliki pekerjaan sebagai PNS maupun wiraswasta,” ujar Agus.
Produksi yang meningkat saat datangnya musim hujan dengan bertambahnya kucuran getah karet diakui oleh Agus memberi penghasilan tambahan bagi pekebun karet seperti dirinya. Meski demikian ia mengaku sebagian petani karet lain yang tak memiliki lahan cukup dan kurang bersabar.
Anjloknya harga getah karet yang pernah mencapai level Rp3.000 per kilogram membuat sebagian tanaman karet ditebang dan direhab menjadi lahan pertanian jagung dan pisang.
“Investasi dalam bentuk tanaman karet memang cocok bagi warga yang juga memiliki lahan dan pekerjaan pokok lain namun bagi petani lebih menguntungkan menanam jagung,” tegasnya.
Tanaman karet yang diakuinya sudah berusia lebih dari enam tahun dengan jarak tanam mencapai 3 meter x 3 meter tersebut diakuinya tetap akan dipertahankan dengan harga getah karet yang semakin membaik dan kondisi cuaca yang mendukung pertumbuhan tanaman komoditas perkebunan bahan baku pembuatan ban serta industri lain pengguna karet tersebut.