Lima Problem Pertanian untuk Wujudkan Kedaulatan Pangan

SOLO – Kondisi pangan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) ke depan sangat memprihatinkan. Pasalnya, jika tidak diantisipasi sejak dini, bukan tidak mungkin Indonesia justru akan mengalami krisis pangan.

Salah satu pakar pertanian dari Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Subejo PhD menjelaskan, Indonesia memiliki problem serius dalam menghadapi MEA ke depan. Hal ini melihat perkembangan bidang pangan dan pertanian kian hari kian mengkhawatirkan. Ada beberapa persoalan serius yang harus segera dipecahkan oleh pemerintah.

“Ada lima problem pangan serius yang akan dihadapi Indonesia. Ini harus segera diantisipasi sejak dini, ” papar Subejo dalam Seminar Nasional bertema Pengembangan Potensi Hasil Pertanian yang Berdaya Saing Global dalam Mewujudkan Kedaulatan Pangan di Era MEA, Selasa (14/11/2017).

Permberian hadiah kepada pemenang dalam LKTIN. Foto: Harun Alrosid

Dalam seminar yang diselenggarakan di Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) itu, Subejo menerangkan, lima masalah pangan pertanian yang harus diseriusi adalah pertambahan jumlah penduduk Indonesia dengan tingkat pertumbuhan 1.5 persen. Pada 2050, penduduk Indonesia diprediksi mencapai 300 juta jiwa. “Ini semua harus diberi makan, maka akan menjadi problem yang harus dipikirkan,” katanya.

Masalah lain yang dihadapi petani Indonesia adalah dampak perubahan iklim. Tidak menentunya iklim di Indonesia akan berdampak pada budidaya pertanian. “Sekarang kita tak lagi mudah memprediksi kapan hujan. Ke depan kita manusia akan bersaing dengan ternak dan kebutuhan industri dalam hal pangan. Salah satu contohnya adalah hasil pertanian di masa yang akan datang berpotensi digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi,” tandasnya.

Lihat juga...