Kapal di Atas 5000 GT buat Gapasdap Bakauheni Cemas

Beberapa perusahaan pelayaran kapal di lintasan Selat Sunda bahkan terpaksa harus siap untuk pindah lintasan diantaranya di Ketapang-Gilamanuk, Lembar- Padang Bai, Bajoe-Kolaka akibat sebagian kapal tersebut tidak bisa ditingkatkan GT-nya. Sementara beberapa lintasan tersebut juga sebagian sudah padat (crowded). Dampak yang sangat terasa saat ini perusahaan pelayaran di lintasan Selat Sunda sebagian sudah terseok-seok dalam operasional sehingga dipastikan akan mengalami kerugian secara finansial. Berdampak beberapa perusahaan mengalami kerugian.

Dilema tersebut juga diakui oleh Martoyo, selaku anggota Indonesian National Ferry Owner Assosiation (INFA) di antaranya yang beranggotakan perusahaan pelayaran seperti PT. Jembatan Nusantara, Munic Line diantaranya JM, Prima Eksekutif, dan Prima Abesta. Pihaknya telah melakukan koordinasi dengan Kemenhub terkait hal tersebut diantaranya dengan kemudahan dalam perizinan di lintasan lain.

“Saat akan pindah ke lintasan lain tetap dipermudah namun tetap menjadi problem bagi perusahaan yang belum bisa meningkatkan bobot kapal,” beber Martoyo.

Martoyo, salah satu anggota INFA penyedia jasa pelayaran di lintasan Selat Sunda. [Foto: Henk Widi]
Terkait Permenhub Nomor 88/2014 tentang Pengaturan Ukuran Kapal Angkutan Penyeberangan di Lintas Merak-Bakauheni tersebut, salah satu pemilik perusahaan pelayaran di Bakauheni yang enggan disebut saat dikonfirmasi Cendana News mengaku, dengan adanya aturan kenaikan GT kapal tersebut bisa berdampak pada perusahaan kapal yang ada di Bakauheni.

Lihat juga...