Ombak Mutih Sepekan, Nelayan Lamsel Berhenti Melaut
LAMPUNG – Kondisi perairan Lampung Selatan terdampak gelombang tinggi faktor hembusan angin barat dari Samudera Hindia menuju ke Selat Sunda dan wilayah pesisir berimbas pada nelayan tangkap yang berada di Desa Way Muli, Kunjir, Batu Balak serta wilayah Kecamatan Rajabasa. Termasuk Desa Ketapang, Ruguk, Sumur dan Bakauheni di pesisir timur Lampung.
Herman, salah satu nelayan pemilik bagan apung di Muara Piluk Bakauheni mengaku, sejak Kamis (12/10) hingga awal pekan Senin (16/10) tidak ada nelayan yang berani melaut dampak dari perubahan cuaca di perairan dengan kecepatan angin mencapai 8 knot ditambah dengan kondisi “ombak mutih” di perairan.
Istilah ombak mutih, menurut Herman, merupakan pola perubahan ombak yang kerap ditakuti nelayan karena pecahnya ombak yang berwarna putih kerap berpotensi mengaramkan perahu. Berbeda dengan gelombang tanpa ombak yang memecah. Kondisi ombak mutih, diakui Herman, tak bersahabat untuk aktivitas nelayan melaut. Dirinya serta nelayan lain memilih untuk tetap berada di darat menunggu kondisi perairan bersahabat sembari melakukan perbaikan pada bagian kapal dan dirinya bisa beristirahat.
“Saat gelombang normal biasa kami nelayan tangkap dengan perahu bagan congkel masih berani melaut. Namun dengan adanya pola ombak mutih lebih beresiko membahayakan kapal. Imbasnya banyak nelayan memilih berhenti melaut,” terang Herman, salah satu nelayan bagan congkel saat ditemui di kapal Indah Samudera miliknya yang bersandar di pusat pendaratan ikan Muara Piluk Bakauheni, Senin (16/10/2017).