BBPP Lawang Kembangkan Benih Unggul Jagung Bioteknologi
MALANG — Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan, Lawang, Kabupaten Malang, mulai melakukan penelitian terkait benih unggul jagung secara bioteknologi yang diteliti dan dikembangkan oleh staf BBPP Saptini Mukti Rahajeng.
Menurut peneliti benih unggul jagung secara bioteknologi, Saptini Mukti Rahajeng, Rabu, benih jagung yang ia teliti dan ia kembangkan saat ini merupakan generasi ketiga dan keempat. “Hasil kajian kami sementara, tongkol yang dihasilkan lebih besar dan batangnya pun lebih banyak,” katanya di Malang, Jawa Timur, Selasa malam.
Saptini Mukti Rahajeng yang akrab dipanggil Ajeng tersebut, lebih lanjut mengatakan jika dibandingkan dengan benih yang dikembangkan tanpa menggunakan bioteknologi, panjang tongkol rata-rata 16 sampai 20 sentimeter, namun dengan bioteknologi bisa mencapai 25 sentimeter.
Selain itu, lanjutnya, pengembangan benih jagung dengan menggunakan bioteknologi induksi mutan ini bisa mencapai ketinggian sekitar 2,7 meter, batang lebih banyak dan tongkol juga lebih banyak, bahkan bisa mencapai delapan tongkol.
Ia mengatakan induk jagung mutan yang dikembangkan ini tingginya tidak lebih dari 50 sentimeter, namun bisa menghasilkan 2,7 meter dengan sistem bioteknologi. Namun, untuk produktivitas masih tergantung kondisi, artinya jika tangkai yang muncul banyak, tongkolnya pun juga banyak, tetapi hasil tongkolnya kecil-kecil.
“Produktivitas rata-rata ekitar 71 ton per hektare dengan jarak taman antara 75 kali 15 centimeter dengan masa taman kurang lebih empat bulan,” ujarnya.
Untuk membahas lebih dalam terkait benih unggul jagung secara bioteknologi tersebut, BBPP Ketindan, Lawang, Kabupaten Malang, melakukan kajian karakterisasi mutan-mutan jagung pakan hasil induksi mutasi, dan menunjukkan bahwa mutan-mutan tersebut memiliki karakter hasil mutasi yang beragam, termasuk biji berwarna pink.