MALANG — Universitas Brawijaya (UB) Malang saat ini sedang memproses produksi alat diagnostic kit untuk mendeteksi secara dini penyakit diabetes militus (DM) secara massal pesanan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.
“Sertifikat izin produksi massal akan keluar pada November 2017 yang akan diumumkan langsung oleh Kemenkes untuk diedarkan ke seluruh Indonesia. Sebab, UB sebagai Badan Layanan Umum (BLU) tidak bisa mengedarkan sendiri, sehingga diambil alih oleh Kemenkes,” kata Direktur utama Biosains UB Prof Fatchiyah di Malang, Jawa Timur, Sabtu (9/9/2017).
Selain bekerja sama dengan Kemenkes, UB juga kerja sama dengan Biofarma yang memesan sebanyak lima juta alat diagnostic per tahun. Masyarakat sudah banyak yang minta karena alat ini akurat, namun UB akan memproduksi sekitar 2,5 juta alat per tahun.
Untuk peredaran alat deteksi dini DM tersebut, katanya, pihaknya menyerahkan sepenuhnya ke Biofarma dan pihak swasta. Bahkan, alat tersebut sudah mendapat pesanan dari Madagaskar. “Kami sekarang juga sedang melakukan negosiasi dengan Maroko yang ingin memegang kuasa pengedaran alat untuk seluruh Afrika,” katanya.
Sebenarnya, lanut Fatchiyah, Maroko minta paten, tetapi UB tidak memperbolehkan.”Alat ini dilakukan oleh orang Indonesia, mulai dari riset hingga produksi. Kit tersebut diberi nama “Kit Diagnostik GAD65 Diabetes”. Kit Diagnostik GAD65 Diabetes, merupakan salah satu produk Laboratorium Biosains UB yang dikerjasamakan dengan PT Biofarma Bandung.
Produk ini, merupakan alat untuk mendeteksi penyakit diabetes secara dini untuk pasien “DM Tipe 1” berbasis “Reverse flow Immunochromatoghraphy” atau “Rapid Test Autoimmunue Marker autoantibodi GAD65”.