Sekretaris Kemenkop: Koperasi Berkualitas Harus Diekpose

Dijelaskan dia, ketika jumlah anggota semakin meningkat, maka RAT online bisa dilakukan agar efektif dan efisien. Hasil RAT lebih berkualitas, dari sisi biaya juga jauh lebih murah. Bila RAT konvensional bisa menghabiskan dana Rp2 miliar, maka dengan RAT elektronik hanya Rp 200 juta. Dana itu bisa dialokasikan untuk hal lain yang lebih bermanfaat, misalnya pendidikan anggota.

Selain efisiensi biaya, lanjut Iwan, tingkat partisipasi anggota dalam RAT elektronik juga tinggi, di kisaran 78 persen. “Anggota juga bisa detail membaca laporan pengurus dan pengawas. Masukan dari anggota juga banyak. Dan kita masuk MURI sebagai koperasi pertama di Indonesia yang melakukan RAT secara online”, ujar Iwan.

Adapun Wakil Ketua I Koperasi Telekomunikasi Seluler (K-Sel), Teddy Indra Permana, menjelaskan, pihaknya terus melakukan inovasi bisnis agar kinerja meningkat dan tidak monoton. Anggota koperasi karyawan Telkomsel ini sudah mencapai 8.000 orang. “Untuk itu, kita tidak bisa jalan sendiri, melainkan harus menjalin kemitraan dengan pihak lain,” ujarnya.

Saat ini, kata Teddy, K-Sel yang sudah berdiri sejak 1996, sudah memiliki lima anak usaha berbentuk PT. Bidang usahanya adalah outsourching karyawan Telkomsel, pembangunan infrastruktur (BTS), building management, juga MICE.

Memang, lanjut dia, 90 persen usaha K-Sel masih internal dari Telkomsel sebagai induk, dan untuk tahun depan  akan bergerak ke luar dari core business.

Sedangkan Ketua Kospin Jasa, Andi Arslan, mengatakan, sejak berdiri pada 1973 dengan modal Rp14 juta, kini Kospin sudah mengantungi pendapatan Rp7,3 triliun. “Kita menjadi besar dan kuat, karena tetap mempertahankan komposisi sejarahnya, yaitu dari etnis pribumi, Arab, dan Cina. Ini menjadi kekuatan Kospin Jasa sampai saat ini”, ungkap Andi.

Lihat juga...