Pasca Lebaran Haji, Usaha Rumahan Tungku Abu Banjir Pesanan
LAMPUNG – Usaha rumahan pembuatan tungku atau luweng terbuat dari abu sekam padi dan lumpur yang diolah sedemikian rupa menjadi alat untuk memasak bagi rumah tangga yang masih mempergunakan alat tradisional masih bertahan hingga kini.
Zubaidi (60) warga Dusun Srimulyo, Desa Sukaraja, Kecamatan Palas, salah satu pembuat tungku abu menyebut, setiap hari masih terus melakukan pembuatan tungku dari abu sekam memenuhi permintaan pelanggan yang sebagian merupakan kaum ibu rumah tangga yang masih setia menggunakan bahan bakar kayu dengan tungku abu sebagai sarana untuk memasak.
Proses pembuatan tungku abu, menurut Zubaidi, dimulai dari proses membeli abu sekam yang diperoleh dari sisa pembakaran batu bata. Dibelinya seharga Rp4 ribu per karung. Selanjutnya ditambah dengan lumpur dari rawa khusus yang cocok untuk campuran proses pembuatan tungku dengan harga Rp2 ribu per karung. Abu sekam sisa pembakaran batu bata diakui Zubaidi diperoleh dari Dusun Magelang. Sementara lumpur diperoleh dari wilayah Bunut Kecamatan Ketapang dengan cara memesan.
“Semua bahan baku saya datangkan dari luar wilayah karena di dekat sini tidak tersedia bahan baku untuk proses pembuatan tungku abu. Sementara proses pengerjaan dilakukan secara tradisional menggunakan alat cetak dengan pengeringan mengandalkan sinar matahari,” ungkap Zubaidi, warga Desa Sukaraja yang masih menekuni proses pembuatan tungku abu sekam saat ditemui Cendana News, Selasa (5/9/2017).
Sebagai usaha kecil pembuatan tungku abu sekam, dalam sebulan dirinya menghasilkan sekitar 200 tungku sekam. Dibantu sang istri karena empat anaknya sebagian sudah menikah dan bekerja sehingga usaha rumahan tersebut dikerjakan sebagai usaha sampingan agar menghasilkan uang. Proses pembuatan tungku dengan membutuhkan waktu sekitar satu bulan. Baik tungku ukuran kecil dan tungku ukuran besar.