Mata Air Curug Layang Hutan Rajabasa Sumber Air Bersih dan Pengairan Warga Penengahan
Mata air yang semula mengalir terbuang akhirnya oleh masyarakat ditampung dalam bak penampungan besar melalui pipa besi sepanjang ratusan meter untuk disalurkan ke perumahan warga dan sebagian air disimpangkan untuk kebutuhan pengairan lahan pertanian masyarakat.
Mahmudin mengaku pada tahap awal sasaran pemanfaatan air bersih bersumber dari Gunung Rajabasa tersebut dipergunakan untuk kebutuhan umum berupa masjid, musala, balai desa serta masyarakat hingga setiap RT.
Pipanisasi dari sumber mata air Curug Layang yang ditampung dalam bak penampungan sekitar puluhan meter persegi selanjutnya disalurkan melalui pipa sebesar 0,5 inci dengan penyediaan sarana dilakukan oleh warga secara swadaya.
“Program pipanisasi tersebut berjalan selama beberapa tahun selanjutnya dilakukan proses pembenahan serta penambahan bak penampungan agar masyarakat di dusun lain menikmati air bersih dari mata air curug layang,” kata Mahmudin.
Warga yang berlangganan air bersih pada 1998 tercatat berjumlah sekitar 90 kepala keluarga di Desa Tanjungheran. Warga hanya dikenakan biaya seribu rupiah per bulan. Uang terkumpul digunakan sebagai biaya pemeliharaan saat terjadi kerusakan pada saluran pipa. Kemudian iuran mulai naik menjadi dua ribu rupiah per bulan per kepala keluarga. Ia bahkan menyebut biaya tersebut terbilang cukup murah dibandingkan pelayanan air bersih dari perusahaan daerah air minum yang kala itu bisa mencapai Rp10 ribu per bulan.
Hingga sekarang ia menyebut sudah ada sekitar 400 lebih warga yang memanfaatkan sumber air bersih Curug Layang dengan biaya hanya Rp2 ribu perkepala keluarga. Meskipun pada musim kemarau sejumlah lokasi yang membutuhkan air bersih harus membeli dengan biaya Rp70 ribu untuk 1200 liter terutama warga di wilayah sulit air seperti Bakauheni dan Ketapang.