Keberadaan Dokter Spesialis Nuklir tak Didukung Peralatan
PADANG – Keberadaan dokter nuklir di Indonesia yang aktif hingga saat ini diperkirakan 37 orang. Hal itu dinilai sebagai jumlah yang sangat sedikit untuk melayani masyarakat di Indonesia yang jumlah penduduknya mencapai 260 juta jiwa.
Seperti halnya di Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar), di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M. Djamil Padang memiliki dua orang dokter spesialis nuklir, yang ternyata keberadaanya hingga saat ini tidak bisa dimanfaatkan.
Dr. dr. Aisyah Elliyanti, SpKN, M.Kes yang merupakan salah satu dari dua orang dokter spesialis nukir yang bekerja di RSUP. M. Djamil Padang menjelaskan, keberadaan dokter nuklir di Padang sudah ada sejak tahun 1994 lalu, namun ketika itu kondisi pelayanan pasien pun tidak begitu bagus, yang terkadang naik turun. Hal itu disebabkan peralatan yang ada tidak memadai untuk melakukan sebuah pengobatan dengan metode nuklir.
Meski terus berjalan, namun pada tahun 2010 merupakan tahun terakhir bagi kedua orang dokter nuklir di RSUP. M. Djamil Padang untuk bisa memenafaatkan pengetahuannya terkait pengobatan metode nuklir tersebut. Hal tersebut dikarenakan, peralatan yang mereka miliki dari hibah yang diberikan oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) sudah tidak bisa dipakai lagi, karena dinilai terlalu kuno. Apalagi pada tahun 2009 lalu, Padang dilanda gempa 7,6 SR membuat peralatan tersebut rusak.
“Jadi dengan waktu tujuh tahun ini yakni dari 2010-2017 kami dokter nuklir di RSUP M. Djamil Padang tidak bisa berbuat banyak karena tidak memiliki peralatan. Jadi, pasien yang masuk kami rujuk ke rumah sakit yang ada di Jakarta dan Bandung yang memiliki pengobatan metode nuklir,” ucapnya, pada acara Perhimpunan Kedokteran Nuklir Indonesia di Hotel Inna Padang, Jumat (22/9/2017).