Jadi Kepala Sekolah Madrasah Favorit Nasional Berkat Program Guru Asuh

Program guru asuh yang digagasnya ini tidak hanya berlaku kepada siswanya, melainkan para guru maupun staf itu sendiri serta masyarakat di sekitar lingkungan sekolahnya.

“Kami gebrak madrasah dan masyarakat sekitar dengan program magrib mengaji dengan melakukan pemantauan lewat Program Guru Asuh oleh semua guru/pegawai Madrasah. Magrib mengaji ini satu paket dengan Dhuha, Isya dan Jumat langsung dari sekolah bagi siswa putra,” jelasnya.

Semua guru memiliki anak asuh dan berkoordinasi dengan pengelola TPQ, Madin, Masjid, Musalla yang ada di desa. Kebetulan guru dan siswa juga terpusat 90 persen di desa Tegallinggah.

“Program inilah yang jadi unggulan prestasi akhlak siswa,” sebut mantan aktivis HMI ini.

Baginya semua pencapaian prestasi itu adalah manifestasi dari kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas dan kerja tuntas. Dikatakan jika ingin mencapai prestasi tinggi dirinya selalu menererapkan lima duta budaya kerja, antara lain integritas, profesionalitas, inovasi, tanggungjawab dan keteladanan.

“Itulah prinsip-prinsip kerja yang kami coba terjemahkan”. Jelas Lewa.

Tidak hanya menerima Penghargaan Apresiasi Pendidikan Islam (API) tahun 2014 yang diserahkan langsung oleh Menteri Agama Lukman Hakim Syaifudin, dirinya juga mendapat penghargaan Satya Lencana Pendidikan dr Presiden RI pada November 2015 lalu. Penghargaan tersebut diberikan lantaran dedikasinya yang sangat tinggi bagi dunia pendidikan, khususnya pendidikan ibtidaiyah yang ia pimpin.

Lewa juga menceritakan bagaimana usahanya untuk memajukan sekolah di MTs Al Khairiyah, dimana dirinya pertama kali diangkat sebagai kepala sekolah. Pria kelahiran 18 Agustus 1978 silam ini mengaku langsung dihadapkan dengan masalah perbaikan akreditasi madrasah.

Lihat juga...