Hama Kutu Merusak Tanaman Kakao di Sumbar
“150 ribu haktare itu baru yang terdata oleh Dinas Tanaman Pangan saja, bisa jadi masih ada petani luar dari pendataan Dinas Tanaman Pangan yang menanam kakao. Namun yang menjadi soal ialah menurunnya jumlah tanaman kakao di Sumbar, akibat dari serangan hama serta minimnya pihak yang menjadi pengumpul kakao,” ujarnya.
Candra menyebutkan, jika melihat pada tahun-tahun sebelumnya luas lahan tanaman kakao di Sumbar yang tersebar di Kabupaten Limapuluh Kota, Tanah Datar, Solok, Padang Pariaman, dan Kabupaten Pasaman, luas lahan bisa mencapai di atas 200 ribu haktare.
“Cara untuk mempertahankan petani kako ini, yakni kita akan melakukan penyuluhan kepada para petani kakao terkait pentingnya perawatan dan pemupukan,” teganya.
Menurutnya, selama ini yang dilihat di Dinas Tanaman Pangan, ada petani kakao yang membiarkan tanaman kakaonya hidup di perkebunan, tanpa ada perawatan dan pemupukan. Kondisi yang demikian lah yang menyebabkan tanaman-tanaman kako di Sumbar di serang hama, seperti kutu-kutu putih.
Ia menyatakan, untuk menanam kakao perlu adanya perawatan seperti melakukan pemangkasan pohon-pohon yang menyebabkan tanaman kakao menjadi rimbun. Sebab, apabila tanaman kakao terlalu rimbun, selain menyebabkan sulitnya untuk berbuah, juga bisa mengundang hama-hama untuk hidup.
“Tidak hanya perawatan seperti memangkas saja, tetapi sebenarnya perlu dipupuk juga. Namun selama ini, cukup banyak tanaman kakako di Sumbar yang jarang melakukan pemupukan, akibatnya tanaman kakaonya tidak tumbuh dengan baik dan bahkan ada yang mati,” ungkapnya.
Selain itu, hasil produksi kakao di Sumbar sendiri mencapai 100 ton per bulannya yang dikirim ke Batam, Kepulauan Riau. Untuk kualitas kakao yang ada di Sumbar, merupakan jenis kakao kualitas bagus, seperti yang telah dikelola oleh Pemerintah Padang Pariaman yang cukup banyak menghasilkan jenis makanan yang berbahankan dari coklat.