Amien Rais: Rekonsiliasi Peristiwa ’65 Tidak Perlu

YOGYAKARTA – Tokoh nasional Prof. Dr. Muhammad Amien Rais, menyebut tidak perlu ada rekonsiliasi terkait peristiwa berdarah 1965. Pasalnya, saat ini sudah terjadi rekonsiliasi secara alami di masyarakat.

“Rekonsiliasi belum kita perlukan, sebaiknya ditunda dulu. Karena sudah ada rekonsiliasi alami di masyarakat,” ujarnya, dalam acara Nonton Bareng, Diskusi dan Bedah Buku, Gerakan 30 September 1965, Pemberontakan PKI yang digelar KAHMI DIY, di Balaikota Yogyakarta, Sabtu (30/9/2017).

Menurut Amien, rekonsiliasi alami peristiwa 1965 ditunjukkan dengan banyaknya anak keturunan eks PKI yang kini bebas masuk ke berbagai lini kehidupan masyarakat. Bahkan, tak sedikit yang masuk lembaga tertinggi negara.

“Semua anak PKI sekarang bisa masuk Polisi, TNI, bahkan ada yang jadi Anggota DPR. Mungkin yang jadi menteri juga ada. Bahkan mungkin di atas menteri juga ada,” katanya.

Amien juga menyebut para penganut paham komunis itu sebagai “PKI Malam”. Yakni, mereka tidak menjadi kader PKI, tapi pikiran dan langkah-langkahnya menganut paham komunisme.

“Memang PKI sudah tidak ada. Tapi, PKI malam di mana-mana. Bahkan telah menyusup ke semua lembaga negara,” katanya.

Karena itu, Amien mengingatkan, agar semua tidak mudah percaya jika ada yang menyebut komunisme sebagai barang usang yang sudah tidak memiliki daya dan pengaruh.

“PKI sebagai ideologi tidak akan bisa punah. Meski tanpa lembaga, PKI justru sangat berbahaya. Sekarang mereka tidak lagi bersandal jepit atau berpakaian kumal, tapi berpakaian bagus, rapi dan kaya,” katanya.

Sementara itu, mantan ketua Umum PB HMI, Chumaidi Syarif Romas, menyebut paham komunis, sekulerisme dan ateisme telah menyusup ke berbagai sektor termasuk dunia pendidikan di kampus-kampus atau universitas. Pola-pola komunis bahkan dikatakan bisa masuk ke dalam pola santri. Hingga kyai-kyai bisa dikapitalisasi, bahkan mungkin dikomunisasikan.

Lihat juga...